Penyakit Blas (Patah Leher) Disemprot Fungisida Apa?

Penyakit Blas (Patah Leher) Disemprot Fungisida Apa?

Penyakit blas leher juga sering disebut busuk leher, patah leher, tekek (Jawa Tengah), kecekik (Jawa Barat). Perkembangan parah penyakit blas leher infeksinya dapat mencapai bagian gabah dan patogennya dapat terbawa gabah sebagai patogen tular benih (seed borne).

Penyakit blas berkembang pada lingkungan yang kondusif. Penyakit blas daun berkembang pesat dan kadang-kadang dapat menyebabkan kematian tanaman. Penyakit blas leher dapat menurunkan hasil secara nyata karena menyebabkan leher malai mengalami busuk atau patah sehingga proses pengisian malai terganggu dan banyak terbentuk bulir padi hampa.

BACA JUGA : JAMUR ONCOM DISEMPROT FUNGISIDA APA

Mengenal Penyakit Blas

Penyakit blas disebabkan oleh jamur Pyricularia grisea dan Pyricularia orizae. Jamur tersebut dapat menginfeksi pada semua fase pertumbuhan tanaman padi mulai dari persemaian sampai menjelang panen. Penyakit ini akan menginfeksi daun, buku dan leher malai tanaman padi dengan gejala terdapat Bercak hitam pada daun, busuk pada leher, malai patah dan biji hampa mencapai 70%

Pada fase bibit dan pertumbuhan vegetatif tanaman padi, P. grisea menginfeksi bagian daun dan menimbulkan gejala penyakit yang berupa bercak coklat berbentuk belah ketupat yang disebut blas daun.

Pada fase pertumbuhan generatif tanaman padi, gejala penyakit blas berkembang pada tangkai/leher malai disebut blas leher/patah leher.

Gejala kerusakan :

  • Bercak berbentuk belah ketupat-lebar di tengah dan meruncing di kedua ujungnya.
  • Leher malai yang terinfensi berubah menjadi kehitaman dan patah.

Penyebab Penyakit Blas (Patah Leher)

Patah leher biasa disebut juga blas atau busuk leher, biasanya dapat menyebar melalui benih yang tidak berkualitas. Maka, ada baiknya sebelum menyemai, pilihlah benih padi yang sehat dan berasal dari varietas yang tahan terhadap serangan blas.

Jamur berkembang optimum saat tingkat kelembaban tinggi.  Pemupukan unsur N (nitrogen) dengan dosis tinggi pada saat musim hujan dapat menyebabkan jaringan daun lemah sehingga tanaman lebih rentan terserang penyakit blas.

Fase rentan pada fase persemaian, stadia vegetatif (blas daun) umur 30-50 hst dan stadia generatif (blas leher) umur 60-80 hst,

Pengandalian Penyakit Blas

Menjaga kebersihan lingkungan sawah dari gulma yang mungkin menjadi inang alternatif seperti rumput gajah dan membersihkan sisa-sisa tanaman padi yang terinfeksi merupakan usaha yang sangat dianjurkan mengingat patogen dapat bertahan pada inang alternatif dan sisa-sisa tanaman.

Pengembalian pupuk kalium dan silika di tanah secara alami atau bantuan decomposer menjadi penting.  Tidak membakar jerami dapat menghilangkan unsur hara (N,P, K dan S) penting yang dibutuhkan termasuk mikro tanah terpengaruh kehidupannya. Pemberian jerami busuk tidak lantas bisa diserap langsung oleh tanaman, maka usaha memperbaiki lahan harus terus menerus dilakukan.

Pemberian bahan organik berupa jerami sisa panen untuk penyehatan lahan harus dikomposkan lebih dulu. Pengkomposan jerami dapat menyebabkan miselia dan spora jamur mati, karena naiknya suhu selama proses dekoposisi.

1. Penanaman Benih Sehat

Jamur penyebab penyakit blas dapat ditularkan melalui benih. Perlu dilakukan perlakuan/pengobatan benih dengan fungisida sistemik seperti trisiklazole dengan dosis formulasi 3-5 g/kilogram benih.

Pengobatan benih dapat dilakukan dengan cara perendaman benih atau pelapisan benih dengan fungisida anjuran.

2. Perendaman (Soaking) Benih

Benih direndam dalam larutan fungisida selama 24 jam, dan selama periode perendaman, larutan yang digunakan diaduk merata tiap 6 jam.

Perbandingan berat biji dan volume air adalah 1:2 (1 kg benih direndam dalam 2 liter air larutan fungisida). Benih yang telah direndam dikering anginkan dalam suhu kamar diatas kertas koran dan dibiarkan sampai saatnya gabah tersebut siap untuk disemaikan.

Dikutip dari Majalah Tebar No 102 Edisi 15 Maret-15 April 2021, Dr Suryo Wiyono, ahli hama dan penyakit dari Departemen Proteksi, Fakultas Pertanian IPB menyarankan memperkuat daya tahan tanaman dari awal dengan imunisasi PGPR (Plant Growth Promoting Rhizobacteria).

3. Cara Pelapisan (Coating) Benih

Pertama-tama benih direndam dalam air selama beberapa jam, kemudian ditiriskan sampai air tidak menetes lagi. Fungisida dengan dosis tertentu dicampur dengan 1 kg benih basah dan dikocok sampai merata, kemudian gabah dikering anginkan dengan cara yang sama dengan metode perendaman, selanjutnya benih siap disemaikan.

4. Cara Tanam

Jarak tanam yang tidak terlalu rapat atau sistem legowo sangat dianjurkan untuk membuat kondisi lingkungan tidak menguntungkan bagi patogen penyebab penyakit. Kemudian didukung dengan cara pengairan berselang (intermiten).

Sistem tersebut akan mengurangi kelembaban sekitar kanopi tanaman, mengurangi terjadinya embun dan air gutasi serta menghidarkan terjadinya gesekan antar daun.

5. Pemupukan

Pertanaman yang dipupuk nitrogen dengan dosis tinggi menyebabkan tanaman menjadi lebih rentan dan keparahan penyakit lebih tinggi. Jika ketersediaan pupuk kalium lebih rendah dibanding nitrogen maka penyaki blas menjadi ancaman. Pemupukan dengan pupuk kalium dan Silika menyebabkan tanaman menjadi lebih tahan terhadap penyakit blas. Oleh karena itu, disarankan menggunakan pupuk nitrogen dan kalium secara berimbang. Pemberian nutrisi silika terbukti mampu memperkokoh batang tanaman padi sehingga tidak mudah terserang jamur blas.

6. Penanaman Varietas Tahan Blas secara bergilir

Peyemprotan Penyakit Blas Dengan Fungisida

Perlakuan benih dengan fungisida untuk pengobatan benih hanya bertahan selama 6 minggu, selanjutnya perlu dilakukan penyemprotan tanaman.

Hasil percobaan terhadap beberapa fungisida menunjukkan bahwa fungisida Benomyl 50WP, Mancozeb 80%, Tiram 80%, Ziram 76%, Carbendazim 50%, isoprotiolan 40%, dan trisikazole 20%, azoksistrobin 200 g/l + difenokonazol 125 g/l efektif menekan perkembangan jamur P. grisea.

  • Fungisida bahan aktif Benomyl 50WP: BENLOX 50WP, MASALGIN 50WP, SCHNELL 50WP
  • Fungisida bahan aktif Mancozeb 80%: POLARAM 80WP, MEGAZEB 80 WP, MANCO 80WP, CADILAC 80WP
  • Fungisida bahan aktif Propineb: ANTRACOL 70WP, MITRACOL 70WP, AGROKOL 70WP
  • Fungisida bahan aktif Tiram: TIFLO 80WG
  • Fungisida bahan aktif Ziram: ZIFLO 76WG
  • Fungisida bahan aktif Carbendazim 50%: TAFT 75WP, COZENE 70/10WP,
  • Fungisida bahan aktif Isoprotiolan 40%: ?
  • Fungisida bahan aktif Trisikazole 20%: BLAST 200SC, BLASTGONE75 WP, ENVOY 80WP, POPZOLE 525SE, RICESHIELD 75WP
  • Fungisida bahan aktif azoksistrobin 200 g/l + difenokonazol 125 g/l: AMISTARTOP, TANDEM 325SC, CORONA 325SC, ROLITOP 475SC

Penyemprotan dengan fungisida sebaiknya dilakukan 2 kali pada saat stadia tanaman padi anakan maksimum dan awal berbunga.

Referensi: berbagai artikel dengan penyesuain

Jamur Oncom (Ostilago) Disemprot Fungisida Apa?

Jamur Oncom (Ostilago) Disemprot Fungisida Apa?

Tingginya curah hujan akhir-akhir ini menimbulkan kehawatiran bagi petani padi.  Juga petani lainya sebenarnya seperti petani cabai, dan sayuran lain.  Karena intensitas hujan yang tinggi memicu datangnya penyakit-penyakit pada tanaman. 

Penyakit adalah gangguan fisiologis pada tanaman yang disebabkan oleh mikro-organisme pengganggu seperti bakteri, jamur, virus, protozoa dan nematoda.  Gangguan mikro-organisme ini dapat menyebabkan menurunnya produktivitas atau bahkan panen.

Pada tanaman padi, penyakit yang disebabkan oleh gangguan mikro-organisme ini umumnya dijumpai adalah hawar pelepah daun, blas, busuk batang, penyakit garis coklat daun, hawar daun bakteri atau kresek, tungoro dan kerdil.

Petani harus mengenali jenis-jenis gangguan dan penyakit yang timbulkanya.  Akhirnya harus jeli dan tepat memilih cara pengendaliannya, terlebih dengan menggunakan penyemprotan pestisida (fungisida, bakterisida).  Selain tepat lainnya seperti tepat waktu, tepat dosis, tepat sasaran dan tepat pengendalian.

BACA JUGA: INILAH TEKNIK PENYEMPROTAN PESTISID YANG TEPAT

Salah satu serangan penyakit yang banyak dijumpai pada tanaman padi dan sering dikeluhkan oleh petani adalah jika padi terserang penyakit jamur oncom.

Apa itu Jamur Oncom

Ustilago disebabkan karena adanya serangan jamur Ustilaginoidea virens.

Jamur Ustilago pada padi bisa dipicu karena tanaman padi terlalu banyak mendapat pupuk nitrogen (Urea) sehingga membuat bulir-bulir padi meletus dan berjamur seperti oncom

Menjelang panen pernahkah melihat bulir padi yang menyerupai popcorn kuning? Bulir padi seperti meletus dan diselimuti gumpalan kuning bertepung.

Penyakit padi tersebut disebut ustilago atau jamur oncom, yaitu penyakit yang disebabkan oleh serangan jamur Ustilaginoidea virens. Pemicunya adalah penggunaan pupuk nitrogen berlebihan dan kelembaban tinggi.

Penyakit ini hanya menyerang beberapa bulir padi dalam satu malai. Meskipun masih bisa dipanen, namun bulir padi yang dipenuhi spora kuning membuat hasil panen menjadi kotor dan menurunkan produktivitas tanaman.

Salah satu serangan penyakit yang banyak dijumpai pada tanaman padi dan sering dikeluhkan oleh petani adalah jika padi terserang penyakit jamur oncom.

Penyebab Padi Terserang Jamur Oncom

Pemicunya adalah karena tanaman padi terlalu banyak mendapat pupuk nitrogen (urea) sehingga membuat bulir-bulir padi meletus dan berjamur seperti oncom. Selain itu juga bisa terjadi karena kondisi tanaman padi yang terlalu lembab sehingga dapat memicu pengembangbiakan jamur ini.

Ustilago disebabkan karena adanya serangan jamur Ustilaginoidea virens. Musim hujan sebisa mungkin menghindari aplikasi pupuk N (urea) tentunya dengan pengamatan terhadap vigor tanaman.

Selain padi, jamur ini dapat menginfeksi beberapa jenis gulma, padi liar dan jagung. 

Cara Pengendalian Penyakit Jamur Oncom

ini adalah dengan penggunaan pupuk kimia nitrogen secara berimbang dan tidak berlebihan. Mengatur jarak tanam agar tidak terlalu rapat dan penyemprotan fungisida agar serangan tidak menyebar. Jika tidak banyak, bisa dilakukan pemetikan malai yang terinfeksi jamur ustilago secara manual .

Beberapa cara yang dapat dilakukan untuk pencegahan dan pengendalian jamur ustilago ini adalah dengan:

1.  Melakukan pemupukan dengan unsur hara Nitrogen seperti Urea secara seimbang dan tidak berlebihan

2.  Menggunakan jarak tanam jarang atau jarak tanamnya jangan terlalu rapat dengan tujuan untuk mengurangi kelembaban terutama pada musim tanam pertama (MT -1)

3. Jika ditemukan tanaman padi yang terserang jamur oncom sebaiknya segera dibuang bulir padi tersebut agar tidak menyebar ke bulir-bulir padi yang lain

4.  Penyemprotan dengan fungisida

Penyemprotan Fungisida Untuk Mengendalikan Jamur Oncom

Sebelum jamur ini menyerang tanaman padi, alangkah baiknya dilakukan pengencegahan terlebih dahulu.  Pencegahan dapat dilakukan dengan penyemprotan dengan fungsidia kontak dengan bahan aktif seperti mancozeb, propineb, ziram, tiram.

Agar pencegahannya jamur oncom lebih maksimal dapat setiap aplikasi fungisida kontak dicampur dengan nutrisi Silika.  Karena fungsi silika adalah memperkuat lapisan meristem bulir padi, dan seluruh jaringan tanaman padi terlindungi.  Contoh silika adalah Tenaz, Biomax.

Sedangkan jika sudah terserang, pengendaliannya dengan menyemprot menggunakan fungisida yang berbahan aktif captan, captafol, fentin hydroxide, copper oxychloride, carbendazim dan fungisida tembaga lainnya.

  • Merek dagang fungisida dengan bahan aktif captan: Antarkap 50WP, Ingrofol 360CS, Ingrofol 360WP
  • Merek dagang fungisida dengan bahan aktif fentin hydroxide:
  • Merek dagang fungisida dengan bahan aktif mancozeb: Actozeb 80WP, Antila 80WP, Dithane M-45 80WP, Megazeb 80WP, Victory 80WP, Vondozeb 80WP,  Cadilac 80WP
  • Merek dagang fungisida dengan bahan aktif copper oxychloride: Champion 77WP, Kocide 54WG, Copcide 77WP
  • Merek dagang fungisida dengan bahan aktif carbendazim: Bavistin 50WP, Delsene MX 80WP, Saaf 75WP,
  • Merek dagang fungisida dengan bahan aktif ziram: Ziflo 76WG
  • Merek dagang fungisida dengan bahan aktif tiram: Tiflo 80WG
  • Merek dagang fungisida dengan bahan aktif propineb: Antracol 70WP
Spuyer atau NOZZLE Mempengaruhi Hasil Penyemprotan Hama Dan Penyakit

Spuyer atau NOZZLE Mempengaruhi Hasil Penyemprotan Hama Dan Penyakit

Biasayanya nozzle atau spuyer ini digunakan untuk sistem irigasi atau sistem pengairan, bisa juga digunakan untuk membuat hujan buatan, sistem pendingin untuk kandang ayam, untuk rumah jamur, bisa juga digunakan untuk peyemprotan desinfektan.

Nozel memberikan peran penting akan pekerjaan penyemprotan gulma, hama dan penyakit dengan herbisida, insektisida, fungisida bahkan pupuk cair.  Pemahaman aplikator mengenai sprayer dan nozel sangat saling mendukung untuk mendapatkan hasil penyemprotan yang berhasil.

Fungsi utama nozel adalah untuk pemecah larutan semprot menjadi droplet (butiran semprot).  Jenis nozel dan sprayer yang dipakai sangat memperngaruhi hasil penyemprotan.  Lebih halus dropletnya, hasilnya pun akan lebih baik.  Petani kentang di Dieng (juga Garut dan Pangalengan) biasa menyemprot kentang menggunakan power sprayer dengan volume semprot sekitar 8 drum per hektar (bahkan ada yg lebih).

Jenis nozel menentukan jenis pestisida apa yang akan digunakan. 

  • Nozel kerucut (cone nozel) yang ukuran dropletnya halus cocok untuk digunakan penyemprotan insektisida dan fungisida. 
  • Nozel kipas (fan nozel) umumnya menghasilkan droplet yang lebih besar, cocok untuk digunakan pada panyemprotan herbisida, tapi bisa juga untuk insektisida dan fungisida.
  • Nozel polijet (deflector nozel, floodjet nozel) menghasilkan droplet yang lebih relatif lebih kasar dari fan nozel cocok untuk mengaplikasikan herbisida pra-tumbuh.
  • Nozel tipe senapan (spray-gun nozel) yang menghasilkan droplet mulai dari kasar sampai halus, cocok untuk penyemprotan pohon dan beberapa tanaman sayuran seperti kentang.
  • Nozel cakram berputar (spinning disc nozel) menghasilkan droplet bervariasi tergantung kecepatan putaran cakram, cocok untuk mengaplikasikan hebisida, misalnya menghasilkan droplet ukuran sedang.  Sprayer mikron ULVA dirancang untuk aplikasi insektisida dengan volume rendah yang menghasilkan droplet ukuran halus.

Nozzle Kuningan Bengkok Kerucut 4 Lubang

Cara Penyemprotan Spuyer Nozzle Sprayer Kabut Embun Kuningan 4 Lubang

Nozel lubang 4 termasuk nozel kategori nozel kerucut (cone nozel).  Nozel ini cocok untuk aplikasi insektisida dan fungisida karena menghasilkan droplet yang sangat halus sehingga penetrasinya ke dalam kanopi daun baik sekali.

Herbisida umumnya tidak diaplikasikan dengan nozel kerucut, karena dropletnya sangat halus.  Namun demikian nozel kerucut bisa diaplikasikan untuk penyemprotan hebisida jika sasaran semprotnya air seperti penyemprotan padi sawah, karena air akan membantu mendistribusikan herbisida tersebut.

Tipe nozel kerucut ini terdiri dari 2 tipe, yaitu kerucut padat (solid cone) dan kerucut berlubang (hollow cone).  Tipe kerucut berlubang lebih banyak digunakan dibandingkan dengan kerucut padat.

Nozel kuningan ini adalah nozel lubang 4 produksi Taiwan.

  • Terbuat dari Tembaga, tahan korosi dan tahan abrasi, cukup tahan lama dan dapat dikerjakan dalam jangka waktu yang lama
  • Mudah digunakan dan mudah dikerjakan dengan mesin setelah memasang nozel
  • Dengan 4 lubang dapat disemprotkan pada saat yang sama, meningkatkan efisiensi saat penyemprotan
  • Banyak Digunakan, sempurna untuk lansekap pertanian, perkebunan, halaman rumput, halaman belakang, irigasi semprot pertanian dan acara outdoor lainnya

Perhatikan Hal Ini Saat Penyemprotan

Hal-hal yang harus diperhatikan pada saat melakukan penyemprotan pestisida adalah sebagai berikut :

1. Peralatan semprot

Yang dimaksud dengan peralatan semprot adalah : spuyer/nozel, alat semprot (knapsack sprayer), dan alat pelindung keamanan penyemprotan. Nozel yang baik adalah ukuran butiran semprot berdiameter antara 100-150 mikron, sedangkan alat semprot minimal memiliki tekanan sebesar 3 bar, dan tidak bocor.

2. Keadaan cuaca

Yang dimaksud dengan keadaan cuaca adalah intensitas sinar matahari, kecepatan angin dan kelembaban udara. Penyemprotan sebaiknya dilakukan jika keadaan cuaca cerah, kelembaban udara di bawah 70% dengan kecepatan angin sekitar 4-6 km/jam.

3. Cara penyemprotan

Cara penyemprotan yang baik dilakukan dengan cara tidak melawan arah angin, kecepatan jalan penyemprotan sekitar 4 km/jam dan jarak spuyer dengan bidang semport atau tanaman sekitar 30 cm.

4.  Tenaga penyemprotan

Aplikator yang terampil juga mempengaruhi coverage penyemprotan yang baik.

Penyemprotan Fungisida Pada Persemian Kelapa Sawit

Penyemprotan Fungisida Pada Persemian Kelapa Sawit

Pada pembibitan atau persemaian (nursery) kelapa sawit sering dijumpai berbagai penyakit daun. Serangan penyakit daun pada pembibitan kelapa sawit dapat menyebabkan pertumbuhan bibit menjadi terhambat. Serangan ini jarang sekali sampai mematikan. Jika kurang mendapat perhatian kemungkinan bibit tidak dapat digunakan lagi.

Agar tidak menimbulkan lebih banyak kerugian maka diperlukan pengendalian lebih awal.

Penyakit pada Persemaian Kelapa Sawit

Beberapa penyakit umum yang biasa menyerang persemaian kelapa sawit adalah

1. Penyakit Antracnose (Early leaf disease)

Serangan penyakit ini umumnya terjadi pada bibit yang masih berada di pre-nursery, dimana daunnya masih bersatu. Gejala awal mula-mula tampak bercak kecil hialin. Bercak dengan cepat berubah warna menjadi coklat tua dan membesar. Pada bagian luar bercak dikelilingi dengan halo berwarna kuning sehingga tampak jelas batas antara jaringan yang terinfeksi dengan yang sehat.

Serangan penyakit ini jarang terjadi pada bagian tengah daun. Biasanya serangan mulai pada bagian ujung atau tepi daun.

Penyebabnya adalah jamur Botryodiplodia theobromae, Colletotrichum gloeosporoides (Gloeosporium sp. atau Glomerella sp.), Melanconium sp.

2. Penyakit Curvularia (Leaf spot disease)

Serangan penyakit ini umumnya terjadi pada bibit yang sudah dipindahkan ke large polybag. Gejala serangan ditunjukkan oleh adanya bercak yang berbentuk oval dan agak cekung bila dilihat dari permukaan daun sebelah atas.

Warna bercak adalah agak coklat tua dengan batas tegas dikelilingi oleh halo berwarna kuning. Panjang bercak biasanya tidak lebih dari 7-8 mm.

3. Penyakit Pestalotiopsis palmarum

Serangan penyakit ini umumnya terjadi pada bibit yang telah dipindahkan ke large polybag. Penyakit ini seringkali juga dijumpai pada helaian anak daun pada tanaman di lapangan. Gejala serangan ditandai oleh bercak yang tidak beraturan bentuknya. Bercak biasanya memanjang berwarna merah kecoklatan. Kadang-kadang hampir separuh bagian anak daun mengering berwarna putih kelabu.

Penyemprotan Fungisida pada Pembibitan Kelapa Sawit

Penyakit yang ditimbulkan pada persemaian biasanya bersifat sekunder. Intensitas serangan penyakit daun sangat tergantung pada kondisi bibit. Oleh sebab itu pengelolaan pembibitan perlu mendapat perhatian utama. Pembibitan yang dikelola dengan baik umumnya tidak mendapat gangguan serangan penyakit daun yang berarti.

Penyemprotan fungisida sifatnya hanya pencegahan yaitu melindungi penyebaran penyakit lebih meluas, dan menanggulangi beberapa tanaman yang sudah terserang.

Pengendalian penyakit daun bibit kelapa sawit adalah dengan disemprot mengunakan fungisida sistemik berbahan aktif triadianefon dicampur dengan fungisida kontak berbahan aktif tembaga hidroksida seperti Kocide 54WDG, atau yang berbahan aktif Thiram seperti Tiflo 80WG, Mankozeb seperti Victory 80WP.

Dosis yang digunakan dengan konsentrasi 5 – 10 gr per liter pada lubang tanam sebanyak 200 ml per tanaman interval 10 – 14 hari.

Pengendalian Antracnose, dengan gejala umum bagian ujung daun mulai berwarna kecoklatan dan terdapat batas yang jelas antara jaringan daun yang terserang dan yang sehat.

Pengendalian dengan cara menyemprotkan pestisida Daconil atau Nustar 400 EC konsentrasi 0.2 % , rotasi penyemprotan 5 – 7 hari sampai serangan terkendali.

Curvularia, dengan spot atau luka coklat dengan batas kuning atau orange. Gunakan pestisida Captan 50WP 0.4%; Dithane M45 0.2% dan Actidione 4.2 EC 0.025%, rotasi penyemprotan 7 – 10 hari,

Tindakan Pengendalian Pencegahan Penyakit

Bila pada pembibitan dijumpai serangan penyakit daun dengan kategori agak berat sampai berat, maka perlu dilakukan penyemprotan fungisida dengan bahan aktif tiram yaitu Tiflo 80 WG, Dithane M-45/80 WP (konsentrasi 0.15%-0.2%) dengan interval penyemprotan 7-10 hari.

Ini Salah Satu Penyebab Penyemprotan Pestisida Tidak Efektif.

Ini Salah Satu Penyebab Penyemprotan Pestisida Tidak Efektif.

Seringkali setelah melakukan penyemprotan mengalami atau merasa tidak nyaman atau mungkin kecewa dengan aplikasi pestisida kimia yang kita aplikasikan dirasa tidak efektif.  Setelah melakukan penyemprotan malah hama dan penyakit masih saja membandel. Padahal bahan aktif dan dosis sesuai anjuran.

BACA JUGA : Jangan Menyemprot Pada Saat Cuaca Panas Dan Kering Ini Akibatnya.

Ada banyak penyebab untuk kasus tersebut, hama nya sudah kebal (resisten) bisa saja salah satu alasannya.  Analisa ini bisa jadi benar, bisa jadi salah.  Bisa jadi karena dosis & bahan aktifnya yang kurang tepat.

Namun, jangan salah hal sepele yang sering terlewatkan oleh petani pada waktu penyemprotan pestisida adalah air.  Penggunaan air untuk melakukan penyemprotan pestisida harus memperhatikan kondisi pH air dan pH bahan aktif pestisida yang digunakan.

PH air berpengaruh terhadap efektifnya tidaknya penyemprotan pestisida. Anggap saja bahan aktif & dosis seeta tehnik yang lain sudah sesuai.

Mengapa Pengukuran pH Air Penting?

Aplikasi pestisida akan efektif jika di buat dengan larutan semprot yang reaksinya Asam atau kadar pH larutan hasil pencamupuran pestisida dengan air adalah pH 4,5-5.

Pestisida umumnya diformulasikan sebagai konsentrat dengan kondisi sedikit asam, netral, atau sedikit alkalis.  Banyak pestisida yang mengalami proses alkaline hydrolysis pada pH diatas 7 (dikutip dari Panut 2021, dari Willowood, __; Rinehold & Jenkins, 2012), bahan aktif pestisida akan terdegradasi (terhidrolisis) menjadi senyawa lain yang tidak bersifat pestisida.  Dengan terhydrolisisnya bahan aktif pestisida berakibat penurunan efikasi pestisida.

Banyak bahan aktif pestisida (kecuali tembaga) lebih cepat terdegradasi dalam keadaan alkali, sedangkan keadaan asam malah lebih stabil.  Karena itu logis jika untuk mencampur atau melarutkan pestisida pada waktu penyemprotan sebaiknya menggunakan air yang pH-nya rendah.

Jika air yang digunakan untuk membuat larutan pH-nya lebih dari 5, menyebabkan umur larutan semprot menurun.  Jika kondisi pH air asam (kurang dari 5), umur larutan semprot akan jauh lebih lama. Sehingga jika sudah di aplikasikan/di semprotkan di tanaman akan bertambah lama efektifitasnya.

Bagaimana jika mencampur 2 bahan aktif yang berbeda syarat pH airnya?  Misalnya mencapur herbisida glifosat dan herbisida sulfonylurea (metil metsulfuron).

Glifosat stabil pada pH 3-9, sedangkan metil metsulfuron menghendaki pH air 7 ke atas.  Maka untuk mencapurnya gunakan air yang pHnya diatas 7.  Akan tetapi jika menghendaki pH rendah, dan lainnya menghendaki pH tinggi lebih baik tidak mencampur.

Bagaimana caranya air yang digunakan untuk mencampur pestisida pH-nya terlalu tinggi? Bagaimana cara menurunkannya.

Caranya yaitu dengan menambahkan adjuvant yang disebut dengan acidifer atau buffer.  Bisa juga menggunakan asam lainnya seperti Asam Nitrat (HNO3), asam cuka, atau asam sitrat yang biasa dibeli di toko kimia.  Contoh merk dagang larutan penurun pH yang sudah di olah yaitu Biosoft.

BACA JUGA: Gunakan Selalu Surfaktan Dalam Setiap Penyemprotan Pestisida Kecuali Yang Ini

Saran Penggunaan pH air untuk Pencampuran Pestisida

  1. Acuan umum adalah gunakan air yang sedikit asam, yaitu pH 4,5 – 6.  Namun sumber lain menyebutkan sebaiknya menggunakan air dengan pH 4-5.
  2. Untuk bahan aktif yang stabil atau tidak terhidrolisis penggunaan pH alkalis. Untuk pestisida dengan bahan aktif bifentrin, asfenvalerat, klorotalonil, dan abamektin yang stabil pada pH 5-9. Untuk bahan aktif glufosinat ammonium, glifosat, mesotrion, sprodinil, juga toleran pada keadaan asam hingga alkalis, sehingga penggunaan air pada pH 4,5-6 masih dapat diterima. 
  3. Khusus untuk herbisida dari kelas sulfonyurea sebaikan menggunakan air yang pH-nya di atas 7.

Umur Larutan Semprot

Jika air dan pestida sudah dicampurkan, dan kemudian diukur pH larutan semprotnya, maka hal ini mempengaruhi lama simpan larutan semprot tersebut jika tidak langsung digunakan untuk penyemprotan hari yang bersangkutan akibat sesuatu hal, hujan misalnya. Maka jika pH air  larutan semprotnya 3,5-6, maka  umur larutan semprot 12 jam, dan jika pH larutan semprotnya ada pada pH 6,1-7, maka umur larutan semprot 1-2 jam

Sumber Artikel:

  • Dari beberapa sumber yang sudah disesuaikan dengan keperluan SEO
  • Panut Djojosumarto: Pengetahuan Dasar Pestisida Pertanian dan Penggunaannya, Agromedia Pustaka, Jakarta. 2020.

Image Google

Inilah Teknik Penyemprotan Pestisida Yang Tepat

Inilah Teknik Penyemprotan Pestisida Yang Tepat

Sekitar 75% penyemprotan dengan menggunakan tangki sprayer saat ini merupakan cara aplikasi pestisida yang paling umum dilakukan petani.  Penyemprotan atau aplikasi pestisida merupakan suatu cara yang ditempuh untuk mengendalikan serangan Organisme Pengganggu Tanaman (OPT), yaitu hama, penyakit dan gulma.

Penyemprotan pestisida yang tepat akan mendapatkan hasil yang tepat sasaran dan menghindari penggunaan pestisida yang sia-sia dan meminimalisir kerugian seperti pemborosan, keracunan pada tanaman, dan mencegah timbulnya sifat resistan hama terhadap pestisida.

BACA JUGA : Bagaimana Menentukan Dosis dan Konsentrasi Penyemprotan

Bagaimana cara dan teknik penyemprotan yang benar dan tepat sasaran?

Diketahui ada istilah 6 Tepat dalam teknik penyemprotan pestisida pada tanaman, yaitu:

1. Tepat Mutu

Pestisida  yang  digunakan  harus  bermutu  baik, terdaftar dan diijinkan oleh Komisi  Pestisida.  Jangan menggunakan pestisida yang tidak terdaftar,  sudah kadaluarsa,  rusak  atau  yang  diduga  palsu  karena  efekasinya  diragukan  dan  bahkan dapat  mengganggu pertumbuhan  tanaman.

2. Tepat  Sasaran

Pestisida  yang  digunakan  harus  berdasarkan  jenis  OPT  yang  menyerang.  Sebelum menggunakan  pestisida,  langkah  awal  yang  harus  dilakukan  ialah  melakukan  pengamatan  untuk mengetahui  jenis  OPT  yang  menyerang.

3. Tepat  Jenis  Pestisida

Jenis  pestisida  belum tentu  dianjurkan  untuk  mengendalikan  semua  jenis  OPT  pada  semua  jenis tanaman.  Oleh  karena  itu,  dipilih  jenis  pestisida  yang  dianjurkan  untuk  mengendalikan  suatu  jenis OPT pada suatu jenis tanaman.  Informasi tersebut dapat dilihat pada label atau kemasan pestisida.

4. Tepat  waktu

Waktu penggunaan pestisida harus disesuaikan dengan populasi hama atau kondisi kerusakan yang ditimbulkannya apa telah mencapai ambang ekonomi.   Selain itu, stadia pertumbuhan tanaman dan keadaan cuaca juga berpengaruh terhadap waktu penggunaan pestisida.

Waktu penyemprotan pestisida bisa dilakukan pada pagi hari, tetapi lebih baik dilakukan pada sore hari karena pada umumnya OPT (khususnya serangga hama) pada tanaman aktif pada sore/malam hari.

5. Tepat Dosis/Konsentrasi.

Dosis atau konsentrasi pestisida yang digunakan mempengaruhi daya bunuh terhadap OPT.  Penggunaan dosis yang tidak tepat akan mempengaruhi efikasi pestisida dan meninggalkan residu pada hasil panen sehingga membahayakan bagi konsumen.  Tingginya dosis penggunaan pestisida dapat juga memacu timbulnya OPT yang resisten terhadap pestisida yang digunakan.

6. Tepat Cara Penggunaan.

Pada umumnya penggunaan pestisida dilakukan dengan  cara disemprot.  Sebelum dilakukan penyemprotan pestisida ada beberapa hal yang harus diperhatikan antara lain  Peralatan semprot (sprayer/nozel ), alat pelindung keamanan, dan keadaan cuaca (intensitas sinar matahari, kecepatan angin dan kelembaban udara).

Adapun cara penyemprotan yang baik adalah dilakukan dengan cara tidak melawan arah angin, kecepatan jalan penyemprotan sekitar 4 km/jam dan jarak spuyer dengan bidang semprotan atau tanaman sekitar 30 cm.

Namun hal yang lebih penting dari prinsip 6 Tepat itu adalah apakah penyemprotan yang kita lakukan sudah baik? Apa kriterianya?

Apa Kriteria Penyemprotan yang Baik

Setidaknya ada 5 parameter atau kriteria penyemprotan yang harus dipenuhi agar pengendalian OPT berhasil.

1. Ukuran Butiran Semprot

Saat menyemprot, larutan semprot harus dipecah (oleh nozzle, spuyer) menjadi butiran semprot (disebut DROPLET). Ukuran droplet  disesuaikan dengan opt sasarannya. Untuk menyemprot hama dan penyakit digunakan droplet halus sampai sedang. Sementara untuk gulma digunakan droplet sedang hingga kasar.

Butiran semprot halus biasanya diperoleh dari nozzle kerucut, droplet sedang dari nozzle kipas, dan droplet kasar dari nozzle polijet.

2. Distribusi Semprotan

Butiran semprot harus didistribusikan ke bidang sasaran (umumnya daun) secara merata, baik di seluruh kebun (distribusi horizontal) maupun pada daun tanaman (distribusi vertikal). Jangan lupa helaian daun bagian bawah!!

3. Liputan

Droplet harus menutupi daun debgan jumlah yang cukup. Makin banyak droplet menutupi bidang sasaran (daun), makin besar kemungkinan opt terpapar pertisida. Liputan minimal utk pestisida sistemik adalah 20-30 droplet/cm2 bidang sasaran, dan 50-70 droplet/cm2 utk pestisida non-sistemik.

Untuk penyemprotan konvensional di darat kita tidak usah merisaukan angka liputan minimal tersebut. Petani kita biasa menyemprot hingga basah kuyup, sehingga liputannya sering berlebihan.  Tetapi liputan minimal penting utk penyemprotan ULV yang volume semprotnya sangat rendah (misalnya penyemprotan dari udara).

4. Volume Semprot

Volume semprot adalah jumlah larutan semprot yang digunakan untuk menyemprot satu satuan luas lahan. Biasa dinyatakan dalam liter/ha.

Volume semprot bervariasi tergantung pada Jenis pestisida, umur Dan Jenis tanaman, serta alat semprot. Yang penting, larutan semprot dapat didistribusikan secara merata dan tidak terlalu berlebihan. Dengan  peralatan khusus, volume semprot dapat serendah 30-50 liter/ha. Volume semprot dng sprayer punggung utk tanaman semusim berkisar antara 200 – 700 liter/ha.

5. Recovery

Intinya tidak banyak pestisida yang terbuang saat penyemprotan sehingga pestisida yang menempel di bidang sasaran bisa optimal.

Recovery adalah perbandingan antara pestisida yang menempel di daun dibandingkan dng dosis, dinyatakan dalam %.

Sumber:

You cannot copy content of this page

<