Penyakit blas leher juga sering disebut busuk leher, patah leher, tekek (Jawa Tengah), kecekik (Jawa Barat). Perkembangan parah penyakit blas leher infeksinya dapat mencapai bagian gabah dan patogennya dapat terbawa gabah sebagai patogen tular benih (seed borne).
Penyakit blas berkembang pada lingkungan yang kondusif. Penyakit blas daun berkembang pesat dan kadang-kadang dapat menyebabkan kematian tanaman. Penyakit blas leher dapat menurunkan hasil secara nyata karena menyebabkan leher malai mengalami busuk atau patah sehingga proses pengisian malai terganggu dan banyak terbentuk bulir padi hampa.
BACA JUGA : JAMUR ONCOM DISEMPROT FUNGISIDA APA
Mengenal Penyakit Blas
Penyakit blas disebabkan oleh jamur Pyricularia grisea dan Pyricularia orizae. Jamur tersebut dapat menginfeksi pada semua fase pertumbuhan tanaman padi mulai dari persemaian sampai menjelang panen. Penyakit ini akan menginfeksi daun, buku dan leher malai tanaman padi dengan gejala terdapat Bercak hitam pada daun, busuk pada leher, malai patah dan biji hampa mencapai 70%
Pada fase bibit dan pertumbuhan vegetatif tanaman padi, P. grisea menginfeksi bagian daun dan menimbulkan gejala penyakit yang berupa bercak coklat berbentuk belah ketupat yang disebut blas daun.
Pada fase pertumbuhan generatif tanaman padi, gejala penyakit blas berkembang pada tangkai/leher malai disebut blas leher/patah leher.
Gejala kerusakan :
- Bercak berbentuk belah ketupat-lebar di tengah dan meruncing di kedua ujungnya.
- Leher malai yang terinfensi berubah menjadi kehitaman dan patah.
Penyebab Penyakit Blas (Patah Leher)
Patah leher biasa disebut juga blas atau busuk leher, biasanya dapat menyebar melalui benih yang tidak berkualitas. Maka, ada baiknya sebelum menyemai, pilihlah benih padi yang sehat dan berasal dari varietas yang tahan terhadap serangan blas.
Jamur berkembang optimum saat tingkat kelembaban tinggi. Pemupukan unsur N (nitrogen) dengan dosis tinggi pada saat musim hujan dapat menyebabkan jaringan daun lemah sehingga tanaman lebih rentan terserang penyakit blas.
Fase rentan pada fase persemaian, stadia vegetatif (blas daun) umur 30-50 hst dan stadia generatif (blas leher) umur 60-80 hst,
Pengandalian Penyakit Blas
Menjaga kebersihan lingkungan sawah dari gulma yang mungkin menjadi inang alternatif seperti rumput gajah dan membersihkan sisa-sisa tanaman padi yang terinfeksi merupakan usaha yang sangat dianjurkan mengingat patogen dapat bertahan pada inang alternatif dan sisa-sisa tanaman.
Pengembalian pupuk kalium dan silika di tanah secara alami atau bantuan decomposer menjadi penting. Tidak membakar jerami dapat menghilangkan unsur hara (N,P, K dan S) penting yang dibutuhkan termasuk mikro tanah terpengaruh kehidupannya. Pemberian jerami busuk tidak lantas bisa diserap langsung oleh tanaman, maka usaha memperbaiki lahan harus terus menerus dilakukan.
Pemberian bahan organik berupa jerami sisa panen untuk penyehatan lahan harus dikomposkan lebih dulu. Pengkomposan jerami dapat menyebabkan miselia dan spora jamur mati, karena naiknya suhu selama proses dekoposisi.
1. Penanaman Benih Sehat
Jamur penyebab penyakit blas dapat ditularkan melalui benih. Perlu dilakukan perlakuan/pengobatan benih dengan fungisida sistemik seperti trisiklazole dengan dosis formulasi 3-5 g/kilogram benih.
Pengobatan benih dapat dilakukan dengan cara perendaman benih atau pelapisan benih dengan fungisida anjuran.
2. Perendaman (Soaking) Benih
Benih direndam dalam larutan fungisida selama 24 jam, dan selama periode perendaman, larutan yang digunakan diaduk merata tiap 6 jam.
Perbandingan berat biji dan volume air adalah 1:2 (1 kg benih direndam dalam 2 liter air larutan fungisida). Benih yang telah direndam dikering anginkan dalam suhu kamar diatas kertas koran dan dibiarkan sampai saatnya gabah tersebut siap untuk disemaikan.
Dikutip dari Majalah Tebar No 102 Edisi 15 Maret-15 April 2021, Dr Suryo Wiyono, ahli hama dan penyakit dari Departemen Proteksi, Fakultas Pertanian IPB menyarankan memperkuat daya tahan tanaman dari awal dengan imunisasi PGPR (Plant Growth Promoting Rhizobacteria).
3. Cara Pelapisan (Coating) Benih
Pertama-tama benih direndam dalam air selama beberapa jam, kemudian ditiriskan sampai air tidak menetes lagi. Fungisida dengan dosis tertentu dicampur dengan 1 kg benih basah dan dikocok sampai merata, kemudian gabah dikering anginkan dengan cara yang sama dengan metode perendaman, selanjutnya benih siap disemaikan.
4. Cara Tanam
Jarak tanam yang tidak terlalu rapat atau sistem legowo sangat dianjurkan untuk membuat kondisi lingkungan tidak menguntungkan bagi patogen penyebab penyakit. Kemudian didukung dengan cara pengairan berselang (intermiten).
Sistem tersebut akan mengurangi kelembaban sekitar kanopi tanaman, mengurangi terjadinya embun dan air gutasi serta menghidarkan terjadinya gesekan antar daun.
5. Pemupukan
Pertanaman yang dipupuk nitrogen dengan dosis tinggi menyebabkan tanaman menjadi lebih rentan dan keparahan penyakit lebih tinggi. Jika ketersediaan pupuk kalium lebih rendah dibanding nitrogen maka penyaki blas menjadi ancaman. Pemupukan dengan pupuk kalium dan Silika menyebabkan tanaman menjadi lebih tahan terhadap penyakit blas. Oleh karena itu, disarankan menggunakan pupuk nitrogen dan kalium secara berimbang. Pemberian nutrisi silika terbukti mampu memperkokoh batang tanaman padi sehingga tidak mudah terserang jamur blas.
6. Penanaman Varietas Tahan Blas secara bergilir
Peyemprotan Penyakit Blas Dengan Fungisida
Perlakuan benih dengan fungisida untuk pengobatan benih hanya bertahan selama 6 minggu, selanjutnya perlu dilakukan penyemprotan tanaman.
Hasil percobaan terhadap beberapa fungisida menunjukkan bahwa fungisida Benomyl 50WP, Mancozeb 80%, Tiram 80%, Ziram 76%, Carbendazim 50%, isoprotiolan 40%, dan trisikazole 20%, azoksistrobin 200 g/l + difenokonazol 125 g/l efektif menekan perkembangan jamur P. grisea.
- Fungisida bahan aktif Benomyl 50WP: BENLOX 50WP, MASALGIN 50WP, SCHNELL 50WP
- Fungisida bahan aktif Mancozeb 80%: POLARAM 80WP, MEGAZEB 80 WP, MANCO 80WP, CADILAC 80WP
- Fungisida bahan aktif Propineb: ANTRACOL 70WP, MITRACOL 70WP, AGROKOL 70WP
- Fungisida bahan aktif Tiram: TIFLO 80WG
- Fungisida bahan aktif Ziram: ZIFLO 76WG
- Fungisida bahan aktif Carbendazim 50%: TAFT 75WP, COZENE 70/10WP,
- Fungisida bahan aktif Isoprotiolan 40%: ?
- Fungisida bahan aktif Trisikazole 20%: BLAST 200SC, BLASTGONE75 WP, ENVOY 80WP, POPZOLE 525SE, RICESHIELD 75WP
- Fungisida bahan aktif azoksistrobin 200 g/l + difenokonazol 125 g/l: AMISTARTOP, TANDEM 325SC, CORONA 325SC, ROLITOP 475SC
Penyemprotan dengan fungisida sebaiknya dilakukan 2 kali pada saat stadia tanaman padi anakan maksimum dan awal berbunga.
Referensi: berbagai artikel dengan penyesuain