Bagaimana Menentukan Dosis dan Konsentrasi Penyemprotan Pestisida

Bagaimana Menentukan Dosis dan Konsentrasi Penyemprotan Pestisida

Penyemprotan pestisida haruslah memenuhi konsep 5 Tepat atau sekarang dilengkapi menjadi 6 Tepat berikut: yaitu (1) tepat sasaran, (2) tepat mutu, (3) tepat jenis pestisida, (4) tepat waktu, (5) tepat dosis atau konsentrasi, dan (6) tepat cara penggunaan.

Berkaitan dengan Tepat Dosis atau Tepat Konsentrasi bahwa penyemprotan pestisida harus tepat takaranya sesuai dengan rekomendasi dari pabrikannya.  Penggunaan dosis atau konsentrasi formulasi yang tidak tepat akan mempengaruhi efektifitas (efikasi) pestisidanya. 

BACA JUGA : 4 Langkah Penyemprotan Yang Baik

Jika disemprotkan terlalu sedikit, hama, penyakit atau gulma tidak akan mati.  Jika disemprotkan kebanyakan akan meninggalkan residu, resistensi hama, penyakit atau gulma, dan menyebabkan pemborosan.

Menentukan Dosis dan Konsentrasi Penyemprotan

Misalkan disebutkan pada lebel dosis yang diperlukan adalah  2 L/Ha. Ini kadang membuat bingung petani untuk menentukan dosis per tangki nya?

Takaran penyemprotan atau takaran aplikasi penyemprotan pestisida dapat dinyatakan dengan dua cara.

  1. DOSIS aplikasi, yaitu banyaknya produk pestisida yg digunakan utk menyemprot 1 hektar lahan (liter/ha, kg/ha).
  2. KONSENTRASI aplikasi, yaitu banyaknya pestisida yg dicampurkan ke dalam 1 liter air (mililiter/liter, gram/liter).

Kedua takaran tersebut berkaitan dengan VOLUME SEMPROT, yakni banyaknya air + pestisida yang diperlukan untuk menyemprot 1 ha lahan atau tanaman.

Hubungan DOSIS, KONSENTRASI dan VOLUME SEMPROT

VOLUME SEMPROT = DOSIS dibagi KONSENTRASI. Contoh, kalau pestisida harus disemprotkan dng dosis 1 liter/ha dng konsentrasi 2 ml/liter air, maka volume semprotnya harus 1 liter (1000 ml) dibagi 2 = 500 liter (air + pestisida) per ha.

DOSIS = KONSENTRASI dikalikan  VOLUME SEMPROT. Kalau kita menyempeot dng konsentrasi 2 ml/liter dng volume semprot 200 liter/ha, maka dosis yg kita semprotkan adalah 2 ml x 200 = 400 ml/ha produk atau 0,4 liter produk per ha.

KONSENTRASI = DOSIS dibagi VOLUME SEMPROT. Contoh, kalau harus menyemprotkan dengan dosis 2 kg/ha dengan volume semprot 400 l/ha, maka konsentrasinya adalah 2000 gr (2kg) dibagi 400 = 5 gram produk per liter air.

Rumus perhitungan:

Contoh Perhitungan Dosis & Konsentrasi Penyemprotan

Jika dilabelnya hanya ditulis DOSIS-nya saja, bagaimana menghitung berapa KONSENTRASI-nya?

Untuk menyelesaikan masalah ini,  kita harus menentukan VOLUME SEMPROTNYA dulu dengan MENG-KALIBRASI alat semprot Anda.

Cara paling gampang (tapi blm tentu benar) utk menentukan volume semprot, yakni dengan mengetahui berapa tangki BIASANYA Anda menyemprot. Katakan Anda biasa menyemprot 1 ha habis 20 tangki 15 liter, berarti volume semprotnya adalah 20 × 15 = 300 liter/ha.

Kalau misalnya dosisnya ditulis 2 liter produk per ha, maka konsentrasinya adalah 2000 ml (= 2 liter) dibagi 300 = 6.6 ml/liter air.

Kalau kita menggunakan tangki ukuran 15 liter, maka per tangki dimasukkan 15 x 6.6 ml = 99.0 ml/tangki.

Bisa saja tetangga sebelah bisa berbeda volume semprotnya. Tetangga kita mungkin menyemprot dengan 30 tangki per ha, atau = 450 liter/ha. Maka dalam hal ini konsentrasinya pun berbeda, yaitu 2000 ml dibagi 450, maka konsentrasinya adalah 4.44 ml/liter air.

Sumber: Referensi dan Image FB Panut Djojosumarto tanggal 10.12.2020

Gunakan Selalu Surfaktan Dalam Setiap Penyemprotan Pestisida, Kecuali Yang Ini.

Gunakan Selalu Surfaktan Dalam Setiap Penyemprotan Pestisida, Kecuali Yang Ini.

Surfactant adalah akronim dari SURFace ACTive AgeNT atau bahan yang aktif di permukaan.  

Menurut Wikipedia Surfaktan adalah senyawa yang menurunkan tegangan permukaan (atau tegangan antar muka) antara dua cairan, antara gas dan cairan, atau antara cairan dan zat padat.  Surfaktan dapat bertindak seperti deterjen, bahan pembasah, pengemulsi, bahan pembusa (bahasa Inggris: foaming agent), dan pendispersi (bahasa Inggris: dispersant).

BACA JUGA : Petani Jangan Sembarang Semprot Pestisida Jika Tidak Ingin Rugi

Surfaktan dan Fungsinya Pada Penyemprotan Pestisida

Surfaktan merupakan zat pelekat, perata pestisida pada daun. Dalam hal ini surfaktan sebagai adjuvant, yaitu bahan yang dimasukan ke dalam formulasi pestisida.  Adjuvant ada yang dicampurkan pada saat proses formulasi di pabrik ada juga yang ditambahkan pada saat akan menyemprot (tank mix).

Adjuvant yang dicampurkan secara tank mix ada 3 macam, yakni: (1) SURFAKTAN,  (2) PEREKAT, dan  (3) PENEMBUS yang memiliki fungsi yang berbeda. Pembagian ini sering menjadi rancu, karena beberapa (tidak semua) surfaktan juga merangkap sebagai perekat dan/atau penembus.

Dalam praktek, mungkin agak sulit memisahkan antara surfaktan, perekat, dan penembus.

Surfaktan mempunyai 2 fungsi utama, yakni:

1. Fungsi sebagai perata (spreader), yakni meratakan semprotan di permukaan daun.  Kerena fungsinya sebagai perata dan pembasah tersebut, surfaktan juga berfungsi sebagai pelekat (BUKAN PEREKAT).

Aplikasi pada pestisida peran surfaktan sebagai perata adalah untuk menurunkan tegangan permukaan butiran semprot (droplet), sehigga butiran semprot menjadi lebih lebar (lebih gepeng) sehingga butiran semprot lebih merata menutuopi permukaan daun.

Penggunaan surfaktan pada formulasi pestisida berguna untuk menurunkan tegangan permukaan butiran semprot (droplet), sehingga droplet menjadi lebih “encer” (viscose”).

2. Fungsi sebagai pembasah/pelembab (wetting agent, humefectan) yakni membasahi permukaan daun dan mempertahankan agar butiran semprot tidak cepat kering.

Karena kebanyakan surfaktan bersifat merusak lapisan lilin pada epikutikula daun, beberapa surfaktan juga dijual sebagai penembus (penetrant).

Aplikasi surfaktan sebagai pembasah adalah menunda pengeringan butiran semprot, mencegah kristalisasi bahan aktif (akibat kekeringan atau cuaca panas), sehingg butiran semprot lebih lama berada pada permukaan dun dalam keadaan basah.  Syarat pestisida itu dapat diserap ke dalam daun adalah pestisida tersebut dalam keadaan basah (wetting agent).

Pentingnya Surfaktan Pada Penyemprotan Pestisida

Seringkali pengendalian organisme pengganggu seperti gulma, hama dan penyakit tidak efisien dikarenakan beberapa faktor, yaitu adanya lapisan lilin pada daun, curah hujan yang tinggi menyebabkan pestisida tercuci oleh air hujan. Hal ini dapat menyebabkan ketidakefisienan dalam penyemprotan sehingga harus dilakukan berulang-ulang. Salah satu alternatif yang bisa digunakan adalah penggunaan surfaktan.

Setiap nyemprot tanaman apa itu tanaman padi, tanaman sayuran, atau tanaman apa saja dengan pestisida lebih baik tambahkan dengan surfaktan perekat penembus agar hasilnya lebih baik.

Pada Herbisida dIikenal ada 3 golongan surfaktan herbisida, yakni SURFAKTAN TRADISIONAL, SURFAKTAN ORGANOSILIKON, dan MINYAK.

Kebanyakan surfaktan lebiih cocok untuk dicampurkan dengan HERBISIDA PURNA TUMBUH (post emergence). Herbisida PRA TUMBUH (pre emergence) TIDAK PERLU ditambah surfaktan.

Contoh surfaktan TRADISIONAL adalah alkil aril polioksietilen (AAPOE), alkohol polioksietilen (APOE), asam lemak (termasuk sabun, detergent), propilen glikol (PG), sorbitan monolaurat etoksilat (SME), dll. Surfaktan tradisional ini juga berfungsi sebagai penembus (merusak kutikula daun).

Contoh surfaktan ORGANOSILIKON adalah silikon etoksilat (SE), trisilikon etoksilat (TSE) dan sebagainya.

MINYAK (minyak bumi, crop oil concentrates, vegetable oil concentrates) kecuali sebagai pembasah/perata, juga dapat memperkuat daya tembus beberapa herbisida post emergence. Bahkan bisa jadi pelekat.

Sementara surfaktan untuk  INSEKTISIDA dan FUNGISIDA dipilih yang tidak merusak tanaman seperti poliglukoside, fosfolipid, sorbitan, lateks, dan sebagainya.

Pada penyemprotan insektisida dengan formulasi EC tidak memerlukan lagi surfaktan, karena formulasi EC sudah berbentuk minyak dan minyak menempel pada permukaan daun.  Cotoh insektisda yang EC adalah STARBAN 585 EC, MATADOR 25 EC, BULDOK 25 EC, BESTOX 50 EC, BOOSTER 250 EC.

Dari golongan minyak, crop oil dapat digunakan untuk INSEKTISIDA dan FUNGISIDA. Crop oil adalah minyak dari tumbuhan yg sudah dimurnikan.

Sumber Image & Refensi yang sudah disesuaikan dengan kepentingan SEO.

Musim Hujan Waspadai Penyakit ini Pada Tanaman Angggur

Musim Hujan Waspadai Penyakit ini Pada Tanaman Angggur

Pada Umumnya tingkat curah hujan yang tinggi serta kelembaban tinggi tanaman pada anggur mudah terinfeksi jamur.  Jamur ini biasanya mudah menyerang tanama anggur pada daun baik tanaman dewasa maupun di pembibitan.  Salah satu cara yang efektif adalah proses penanganan secara mekanis yaitu memangkas daun yang terinfeksi serta memberikan nutrisi untuk memperkuat daya tanaman terhadap serangan penyaki.

Penyakit-Penyakit Pada Tanaman Anggur

1.  Penyakit Embun Tepung (Downy Mildew)

  • Disebabkan oleh jamur Plasmophora viticold
  • Jamur menyerang daun, tunas dan buah muda.  Serangan pada ujung tunas menyebabkan kering dan patah.
  • Serangan pada sisi atas daun ditandai dahan bercak kuning kehijuan yang tidak berbatas tegas.
  • Serangan pada buah muda menyebabkan busuk abu-abu.
  • Kondisi yang menguntungkan perkembangan patogen adalah suhu rendah, kelembaban tinggi.  Hujan merupakan pemici epidemi

Pengendalian

  • Menanam kultivar yang tahan terhdap jamur dari varietas vitis labrusca misalnya Delaware, Isabella
  • Mengurangi kelembaban kebun, sanitasi kebun dengan memangkas tunas dan buah yang terinfeksi.
  • Tanaman dsemprot dengan fungisida tembaga atau fungisida organik. 
  • Tanaman dilindungi atap plastik pada musim hujan.

2.  Penyakit Tepung, Mildew

  • Desebabkan oleh jamur Uncinela necator
  • Jamur menyerang semua jaringan hijau pada anggur, daun muda terinfeksi menjadi berkerut dan kecil, tangkai kluster dan petiole sangat peka.
  • Pada daun, ranting, bunga dan buah muda terdapat bercak bertepung putih kelabu.
  • Buah mudah yang terinfeksi tidak dapat berkembang sempurna
  • Penyebaran spora dibantu oleh angin
  • Perkembangan penyakit dibantu oleh cuaca kering (suhu optimum 20-27)
  • Kerugian akibat jamur ini menyebabkan buah cacat dan tidak dapat berkembang serta menurunkan produksi.

Pengendalian penyemprotan fungisida dengan bahan aktif belerang, dan fungisida organik misalnya tepung belerang atau belerang kapur encer (bubur california), benomil, thiophanate dan thiophanate-metyl.

3. Penyakit Kudis, Antraknosa

  • Disebabkan oleh jamur Spaceloma ampelinum
  • Gejala buah yang sakit terdapat bercak berwarna kelabu dengan tepi coklat tua dengan batas tegas
  • Daging buah tetap keras dan pecah
  • Fase kritis serangan buah pada tahap setelah berkembang (buah mengkal)
  • Kerugian akibat penyakit ini penurunan kualitas buah pada musim penghujan

Pengendalian:

Batang dan tunas yang sakit dibuang.  Tanaman dilindungi dengan fungisida (bubur california, bubur bordeaux, ziram, tiram, ferbam).  Penggunanan para-para yang tinggi.

4. Penyakit Busuk Kapang Kelabu (gray mold)

  • Disbeabkan oleh jamur Botrytis cinera
  • Gejala daging buah membusuk, menjadi masa yang lunak dan berair
  • Buah yang sakit mengeriput dan berwarna coklat tua
  • Banyak menyerang pada buah yang matang di musim hujan.
  • Kerugian akibat dari penyakit ini adalah mengurangi produksi pada pra dan pasca panen serta mengurangi kandungan juice.

Pengendalian:

Pemangkasan yang tepat untuk meningkatkan pertukaran udara.  Penjarangan dan pembungkusan buah.  Penyemprotan dengan fungisida sebelum panen dengan fungisida belerang oksida, captan, benomyl).  Buah disimpan pada suhu yang rendah.  Jangan memetik buah setelah hujan.

5.  Penyakit Karat Daun

  • Disebebkan oleh jamur Physopella ampelopsidis
  • Gejalanya pada sisi bawah daun terdapat tepung berwarna oranye yang terdiri dari spora jamur
  • Sisi atas daun terdapat bercak-bercak berwarna hijau kekuningan
  • Kerugian dari akibat jamur ini menyebabkan penurunan fungsi fotosintesis daun.

Pengendalian:

Memetik dan membakar daun yang terinfeksi.  Penyemprotan dengan fungisida berbahan aktif mankozeb, tiram, ziram, tembaga oksiklorida atau benomil.

Penyemprotan Penyakit Jamur Angggur dengan Fungisida

Penyakit penyakit anggur diatas dapt dicegah dengan penyemprotan dengan fungisida kontak.   Namun sebaiknya penyemprotan pada musim penghujan disarankan dengan sistim rotasi antara fungisida sistemik dan fungisida kontak.  Contoh Jika minggu ini fungisida sistemik, minggu esok fungisida kotak. Begitu seterusnya

Contoh fungisida kontak adalah fungisida kontak adalah fungisida yang berbahan aktif mancozeb, propineb, ziram, tiram.  Fungisida berbahan aktif Tiram adalah TIFLO 80WG.

Sedangkan fungisida sistemik seperti yang berbahan aktif difenoconazol, propinoconazol,  hekskonazol, azoxyxtrobin, klorotalonil, dan dainnya.

Dan untuk mencegah serangan datang pada tunas bakal tumbuh 5 hari sekali selama 3 kali harus ruting semprot agar spora benar2 mati. 

Penyemprotan fungisida atau pestisida lainnya di musim hujan dianjurkan untuk menggunakan stiker atau perekat.  Karena kemungkinan pestisida tercuci oleh air hujan.  Sehingga penyemprotan efektif dari sisi aplikasi dan dapat menghindari pemborosan biaya akibat semprotan kita tercuci oleh air hujan.

Kapan Waktu Penyemprotan Anggur Yang Tepat

Lakukan penyemprotan pada sore hari. Apakah jika penyemprotan dilakukan sore hari bukannya stomata sudah menutup dan tidak bisa menyerap pestisida oleh tanaman.

Bila keadaan cuaca mengizinkan, saat ideal untuk penyemprotan adalah sore hari antara pukul 3 atau 4 sampai 5 atau 6 sore.  Karena pada saat itu suhu tidak terlalu panas dan bergerak menurun, kelembaban tidak terlalu rendah dan semakin mengarah ke malam kelembaban bergerak naik.

Jangan Menyemprot Pada Saat Cuaca Panas Dan Kering.  Ini Akibatnya.

Jangan Menyemprot Pada Saat Cuaca Panas Dan Kering. Ini Akibatnya.

Wilayah Indonesia terbentang dari barat sampai timur dengan variasi geografis.  Di indonesia bagian barat kelembaban lebih besar dari 50% tetapi di bagian timur Indonesia seperti Nusa Tenggara Timur umumnya kelembaban udara kurang dari 50%.

Dalam satu hari biasanya yang paling panas antara jam 12 sampai dengan jam 2 siang.  Kadang suhunya vusa melebihi dari 31-32 derajat.  Jika melakukan penyemprotan pada jam tersebut, maka akan sia-sia belaka.

Baca juga: Lupakan Peranan Stomata Pada Waktu Penyemprotan Pestisida

Jangan menyemprot pada saat cuaca panas dan kering. 

Karena sebagian butiran semprot terutama yang harus akan menguap. Dan pada akhirnya jumlah total pestisida yang kita aplikasikan akan berkurang.  Pada akhirnya penyemprotan menjadi tidak efektif.

Alasan Jangan menyemprot pada saat cuaca panas dan kering

1.  Sebagian butiran semprot (terutama yang halus) akan menguap.

2.  Butiran semprot yang menempel pada tanaman pada daun akan cepat mengering.

3.  Jangan menyemporot pada saat cuara panas, karena akan terjadi fotolisis (fotodegradasi).  Degradasi pestisida, dekomposisi pestisida karena cahaya matahari.

Menurut J Reinhold kecepatan degradasi akan menigkat 2 kali setiap kenaikan suhu 10 derajat.  Kalau suhu naik 10 derajat, maka degradasi naik menjadi lipat dua.  Jika sudah terdegradasi, maka pestisida sudah tidak efektif lagi untuk tanaman karena sudah berubah menjadi zat-zat kimia lain yang tidak ada gunanya dalam upaya mengendalikan OPT pada tanaman kita.

4. Kalau menyemprot pada siang yang terik tentu tidak akan nyaman untuk bekerja. 

Efek Suhu Dan Kelembaban Terhadap Droplet.

Jika droplet mengering, yang tertinggal hanyalah kristal-kristal yang tidak lagi dapat diserap ke dalam daun/tanaman. Ini penting untuk pestisida yang sistemik, sistemik lokal, dan translaminar.   Karena jenis pestisida tersebut hanya dapat diserap tanaman jika dalam keadaan basah.

Itulah sebabnya dalam penyemprotan pestisida sistemik, sistemik lokal dan translaminar diupayakan droplet selama mungkin tetap berada diatas permukaan daun dalam keadaan basah.

Jika demikian berapa suhu ideal untuk penyemprotan?

Suhu udara yang ideal adalah tidak lebih 30 derajat.  Mengapa? Karena jika suhu terlalu tinggi atau dari 30 derajat maka droplet akan banyak yang menguap dan droplet yang menempel pada permukaan daun akan cepat mengering.

Droplet adalah butiran semprot adalah butiran halus dari cairan semprot yang keluar dari nozel

Kelembaban udara ideal adalah kurang dari 50%.  Jika udara terlalu kering, maka droplet menguap dan droplet cepat mengering. 

Jangan menyemprot saat angin terlalu kencang atau tidak ada angin sama sekali. 

Angin kencang akan menyebabkan butiran semprot diterbangkan oleh angin, dan yang mendarat dipermukaan daun tidak banyak atau akan jatuh ditempat lain yang tidak dikehendaki.  Distribusi dan distribusi kurang baik.

Kalau tidak ada angin sama sekali juga kurang baik.  Maka akan ada gerakan udara ke atas (termal atau termik) yang mungkin membawa uap pestisida dan masuk ke paru-paru aplikator, sehingga berbahaya untuk kesehatan.

Kecepatan angin ideal untuk penyemprotan adalah 3,6 – 6,5 km per jam.  Ditandai oleh daun bergerak-gerak ringan daun-daun kecil, tidak bergerak terlalu keras.  Bergerak tidak ke satu arah, dan asap bergerak membelok ke arah angin menuju.

Jika demikian berapa kecepatan angin yang ideal untuk penyemprotan?

Kecepatan angin yang ideal adalah 3-6 km per jam.  Pernyataan yang menyebutkan bahwa pada saat penyemprotan itu tidak ada angin.  Pernyataan terebut kurang tepat.

Idealnya angin tidak terlalu kencang.  Jika angin terlalu kencang maka:  distribusi dan liputan kurang baik. 

Angin yang terlalu kencang juga akan mengakibatkan drip (butiran halus penyemprotan atau droplet diterbangkan oleh angin).  Drip akan sangat berbahaya jika yang disemprotkan adalah herbisida yang bersifat kontak.  Meski drip tidak terlalu kerusakan pada tanaman tetangga, tetapi drip mengakibatkan mengurangi jumlah total pestisida yang disemprotkan pada bidang sasaran.

Kalau tidak ada angin sama sekali, maka distribusi dan liputan menjadi kurang baik.

Jangan menyemprot pada saat hujan 

Hujan juga akan mengakibatkan pestisida segera akan tercuci oleh air hujan dan hilang tidak menempel pada bidang sasaran.

Butiran semprot akan tercuci oleh air hujan dan hilang dari permukaan tanaman.  Butiran semprot yang tercuci akan mencemari lingkungan.

Jangan menyemprot saat embun masih banyak. 

Embun yang banyak sama saja dengan menambahkan air ke dalam larutan, konsentrasi penyemprotan akan menurun dan kemungkinan menambahkan volume semprot dan pestisida akan ke bawah menetes bersamaan dengan embun.

Petani Jangan Menyemprot Tanaman Dengan Pestisida Ini, Jika Tidak Ingin Rugi

Petani Jangan Menyemprot Tanaman Dengan Pestisida Ini, Jika Tidak Ingin Rugi

Petani jangan sembarangan menyemprot tanaman menggunakan pestisida.  Petani diminta teliti dan pandai membedakan mana pestisida palsu dan mana yang bukan.  Salah satu caranya adalah dengan melihat nomor pendaftaran dan kemasan.

Pestisida palsu dan pestisida ilegal tidak diketahui mutu dan efikasinya, akan sangat merugikan petani.   Petani sangat dirugikan karena harganya sama dengan produk asli tetapi kualitasnya rendah.  Seluruh usaha petani untuk mendapatkan hasil panen yang maksimal akan sia-sia, karena hama dan penyakit tidak terkendali.  Panen tidak memuaskan.  Pada akhirnya kerugian berlipat-liat.

Tidak hanya petani yang dirugikan, tetapi juga produsen pestisida juga dirugikan karena terkait hak kekayaan intelektual termasuk diantaranya paten, hak cipta, hak desaihn industri, merek dagang, hak varietas tanaman dan indikasi geografis yang tiak kalah penting adalah menghambat ekspor komoditas hasil petanian sendiri karena dinilai terlalu banyak terpapr oleh residu pestisida.

Untuk beberapa negara tujuan ekspor komoditas pertanian Indonesia sangat perhatian terhadap MRL yaitu maximum residue limit.  Sehingga penggunaan pestisida palsu dan ilegal bisa mempersulit ekspor produk pertanian.  Pada akhirnya akan merugikan seluruh petani Indonesia karena negara penerima akan memberlakukan untuk seluruh produk pertanian dari Indenesia.

Kerugaian Akibat Penggunaan Pestisida Palsu

Penggunaan pupuk dan pestisida palsu dapat merusak struktur tanah rusak sehingga hasil produksinya turun.   Yang asli efektif, yang palsu ada kimia racikan yang malah membunuh organisme pengganggu tanaman baru.

Saat ini pestisida yang terdaftar di Kementrian Pertanian sejumlah 4.437 formulasi dengan rincian formulasi insektisida 1.530 formulasi, formulasi herbisida  sebanyak 1.162 dan sisanya sebanyak 1.745 formulasi terdiri dari fungisida, rodentisida, pestisida rumah tangga dan lainnya. (Sinar Tani, Edisi 10-16 April 2019 No 3794 Tahun XLIX).

Brebes Daerah Peredaran Pestisida Palsu.

Budidaya tanaman bawang merah tergolong usaha padat modal tinggi.  Petani perlu memerlukan modal biaya penanaman, biaya pemeliharaan, biaya penyemprotan tanaman hingga panen bisa mencapai Rp 150 juta per hektar.  Diantara komponen yang menyerap biaya tertinggi adalah biaya pengendalian hama dan penyakit.

Brebes adalah sentra produksi bawang merah di Indonesia.  Bawang merah memerlukan penyemprotan terus menerus agar bawang merah terlindungi dari serangan hama dan penyakit.  Bawang merah itu sangat rentan terharap serangan hama dan penyakit, seperti penggarek umbi, antraknosa, busuk daun, inul, dan lainnya.  Karenanya Brebes menjadi sasaran bagi pembuat dan penjual pestisida palsu.

Beberapa jenis pesitisda yang dipalsukan yang ditemukan di Brebes biasanya merek-merek yang sudah terkenal oleh petani.  Sehingga dalam penjualannya akan mudah dan cepat.  Biasanya yang mudah dipalsukan adalah formulasi pestisida dalam bentuk cair seperti herbisida, insektisida, dan fungisid cair.  Beberapa merek yang banyak ditemukan dipalasukan adalah merek Round Up, Score, Amistar, Amistartop, Starban, dan lainya.

Modus para pemalsu pestisida tersebut dengan cara membeli kaleng atau botol bekas, lalu diisi dengan yang palsu.  Untuk menjaga hal tersebut, sebaiknya petani menghancurkan botol atau kaleng bekas pestisida yang tidak terpakai.  Jangan dibuang sembarangan, karena khawatir akan diambil dan di isi dengan pestisida palsu.

Pestisida palsu dengan merek megafur 3GR sangat mirip dengan yang asli. Namun jika diteliti, pestisida palsu berbahan baku pasir yang diberi pewarna.

Kenali Ciri Pestisida Palsu

Petani harus mengetahui pestisida palsu sebelum menyemprot tanaman dengan memperhatikan kemasan maupun isi dari pestisida palsu. 

Panduan Singkat Anti Pemalsuan Pestisida dari Croplife Indonesia sebagai berikut:

  1. Perhatikan botolnya, apakah di belakang label ada bekas lem berwarna putih atau kuning?
  2. Apabila label terdiri dari dua lembar, cobalah buka lembar pertama dan bila tidak dapat ditempel lagi dengan mudah maka terindikasi pestisida tersebut palsu.
  3. Perhatikan labelnya baik-baik, apakah ada nomor batch?
  4. Perhatikan tutup botolnya, apakah ada bekas lem dan apakah menempel sempurna atau bahkan miring?
  5. Apabila dibuka, apakah menggumpal, warna cairan dan baunya berbeda?

Jika petani mendapatkan pestisida yang tidak memenuhi standar atau mencurigakan, langsung menghubungi pihak berwajib atau layanan hotline Croplife (24 jam) di 081316641363.

Insektisida Piretroid Tidak Boleh Disemprotkan Pada Tanaman Padi. Ini Alasannya.

Insektisida Piretroid Tidak Boleh Disemprotkan Pada Tanaman Padi. Ini Alasannya.

Piretroid (pyrethroids) merupakan senyawa kimia yang meniru struktur kimia (analog) dari piretrin (pyrethrine).  Piretrin sendiri merupakan zat kimia yang memiliki sifat insektisida yang terdapat pada piretrum.  Piretrum adalah kumpulan senyawa hasil dari ekstrak bunga jenis krisan (Chrysantemum spp).

Piretroid adalah senyawa insektisida dengan keunggulan jika diaplikasikan hanya memerlukan jumlah relatif sedikit saja.  Selain itu insektisida ini memiliki spektrum pengendalian yang luas, tidak persisten, serta memiliki efek melumpuhkan (knock down effect) yang sangat baik.

Kelemahannya dari senyawa ini ini adalah karena sifatnya kurang atau tidak selektif, maka tidak cocok untuk program pengendalian hama secara terpadu.

Jenis-Jenis dan Merek Pestisida Jenis Piretroid

Sampai saat ini, golongan Sintetik Pyrethroid sendiri terdiri dari 4 generasi yang sudah idipatenkan dan dikelompokkan, antara lain ;

  1. Generasi pertama diwakili oleh Alletrin
  2. Generasi kedua diwakili oleh Tetramethrin, Resmethrin, dll
  3. Generasi ketiga diwakili oleh Permethrin, Fenvalerate, dan Sifenothrin
  4. Generasi keempat yang marak beredar di pasar dan terbiasa kita gunakan, yaitu antara lain : bifentrin (Byfenthrin), sipermterin (Cypermethrin), lamda sihalotrin (Lambda Cyhalothrin), alfa sipermetrin (Alpha Cypermethrin), dll

Keunggulan dari insektisida piretroid adalah

  1. Mempunyai efek eksitasi (perangsangan) yang lebih akrab kita sebut efek flushing,
  2. Mempunyai efek knock down (bekerja cepat),
  3. Sebagai killing agent (berdaya bunuh tinggi), umumnya repellent (penolak),
  4. Toksisitas mamalia rendah,
  5. Penggunaan dosis rendah untuk apliaksi,

Kelemahannya insektisida piretroid adalah

  • Kelarutan dalam air rendah,
  • Pada beberapa generasi (terutama generasi ke 4) memiliki efek iritasi,
  • toksik terhadap ikan.

Cotoh merek insektisida golongan piretroid adalah :

Alfa sipermetrin

  1. ALCOVE 50 EC  PT Dalzon Chemicals Indonesia
  2. ARMY 30 EC  PT Bioworld Biosciences Manufacturing Industries
  3. BESTOX 50 EC  PT Bina Guna Kimia
  4. BUZZZTOX 50 EC  PT Bahtera Boniaga Lestari
  5. INTERCEPTOR 200 K  PT BASF Indonesia
  6. KEJORA 15 EC  PT Sari Kresna Kimia
  7. PASTO 15 EC  PT Deltagro Mulia Sejati
  8. RECOV 30 EC  PT Indo Pest Biochem

Alfa sipermetrin (alpha cypermethrin)

  1. ALTAC 15 EC  PT Indagro
  2. ALTRINE 30 EC  PT Indo Pest Biochem
  3. AMETHYST 40 EC  PT Maju Makmur Utomo
  4. SERUNI 5 WP  PT Maju Makmur Utomo
  5. STARMETRIN 100 EC  PT Excel Meg Indo
  6. ALCOREEN 100 SC  PT Dalzon Chemicals Indonesia
  7. FASCRON 500/50 EC  PT Santani Sejahtera
  8. KENFAS 100 EC  PT Kenso Indonesia
  9. TETRIN 36 EC  PT Petrokimia Kayaku
  10. TUGARD 160/10 EC  PT Deltagro Mulia Sejati
  11. LIVOPEN 200 LN  PT Unilever Indonesia
  12. ROYALSENTRY 0,58 LN  CV Mentari
  13. SANGKURDI 50 EC  PT Maju Makmur Utomo

Beta sipermetrin

  1. BETAFOG 15 EC  PT Tritama Wirakarsa
  2. BETAPRO 300 SC  PT UPL Indonesia
  3. CHIX 25 EC  PT Nufarm Indonesia

Klorpirifos (chlorpyrifos) + Sipermetrin (cypermethrin)

  1. CYPERBAN 590 EC  PT Multi Sarana Indotani
  2. BANKILL 600/60 EC  PT Santani Agro Perkasa

Alasan Insektisida Pitroid tidak Boleh Dipakai Pada Tanaman Padi

Insektisida peteroid kenapa tidak boleh di aplikasian pada padi untuk mengendalikan hama wereng, ulat, walangsangit karena piretroid tidak selektif. Insektisida ini akan membunuh semua musuh alami wereng.

You cannot copy content of this page

<