Fungisida untuk Penyemprotan Penyakit Bawang Merah

Fungisida untuk Penyemprotan Penyakit Bawang Merah

Sebanyak 80% produksi bawang merah di Indonesia berasal dari Pulau Jawa dan hampir 50% terkonsentrasi di Jawa Tengah. Kabupaten Brebes merupakan sentra produksi bawang merah di Jawa Tengah. Rata-rata produktivitas bawang merah di Kabupaten Brebes mampu mencapai 12.14 ton/ha yang diperoleh dari 12 kecamatan salah satunya Kecamatan Brebes dengan rata-rata produktivitas mencapai 11.69 ton/ha.

Potensi bawang merah Indonesia sekitar 120.000 ha, dengan sebaran terluas terdapat di 10 provinsi adalah Jawa Tengah, Jawa Timur, Nusa Tenggara Barat, Jawa Barat, Sulawesi Selatan, Sumatera Barat, Sulawesi Selatan, Sumatera Tengah, Sumatera Barat, Bali, dan D.I Yogyakarta.

Tabel

Penyakit Penting Pada Tanaman Bawang Merah

Berikut ini informasi mengenai hama dan penyakit penting pada tanaman bawang merah perlu diketahui untuk menentukan pengendalian yang tepat sasaran.

Hama penting yang menyerang tanaman bawang merah diantaranya orong–orong Gryllotalpa spp. (Orthoptera: Gryllotalpidae), ulat bawang Spodoptera exigua (Lepidopera: Noctuidae), ulat grayak Spodoptera litura (Lepidoptera: Noctuidae), lalat pengorok daun Liriomyza chinensis (Diptera: Agromyzidae) dan thrips Thrips tabaci (Thysanoptera: Thripidae).

Penyakit yang dapat menginfeksi tanaman bawang merah diantaranya bercak ungu (Alternaria porri), downy mildew (Peronospora destructor), bercak daun Cercospora (Cercospora duddiae), antraknosa(Colletotrichum gloeosporiodes), layu Fusarium (Fusarium oxysporum) dan nematoda (Dytylenchus dissaci) (Udiarto et al. 2005).

Trotol/Mati Pucuk (Alternaria porri)

  • Penyakit bercak ungu atau trotol disebabkan oleh cendawan Alternaria porri.
  • Patogen ditularkan melalui udara. Penyakit ini akan berkembang dengan cepat pada kondisi kelembaban tinggi dan suhu udara rata-rata di atas 26o C.
  • Gejala serangan ditandai dengan terdapatnya bintik lingkaran berwarna ungu pada pusatnya, yang melebar menjadi semakin tipis. Bagian yang terserang umumnya berbentuk cekungan.
  • Tanaman inangnya antara lain ialah bawang merah, bawang putih, bawang daun, dan tanaman bawang-bawangan lainnya.

Antraknosa (Colletotrichum gloeosporioides)

  • Penyakit otomatis atau antraknos pada bawang merah disebabkan oleh dua jenis cendawan yaitu C. gloeosporioides dan C. capsici.
  • Kisaran inang C. gloeosporioides lebih luas daripada kisaran inang C. capsici, tetapi keduanya patogenik terhadap semua jenis bawang-bawangan seperti bawang merah, bawang putih, bawang bombay, dan bawang daun.
  • Gejala serangan ditandai adanya bercak putih yang melekuk ke dalam. Pada bagian tengah bercak terdapat kumpulan titik hitam yang merupakan kelompok spora.

Embun Bulu/Lodoh (Peronospora destructor)

  • Penyakit embu bulu atau busuk daun (downy mildew) disebabkan oleh cendawan Peronospora destructor yang menyerang tanaman bawang merah, bawang daun, dan bawang-bawangan lainnya
  • Patogen penyakit embun bulu ditularkan melalui angin.
  • Gejala serangan pada tanaman bawang merah ditandai daun berwarna pucat dan menguning. Bila udara lembab, daun yang terserang akan menunjukkan bintik-bintik berwarna ungu dan membusuk, sedangkan bila udara kering daun yang terserang akan menunjukkan bintik-bintik putih.
  • Kondisi optimum untuk perkembangan penyakit ini ialah pada suhu 15o C dan kelembaban tinggi terjadi selama 6-12 jam.

Penyakit layu fusarium

  • Penyakit layu fusarium disebabkan oleh cendawan Fusarium oxysporum
  • Patogen ditularkan melalui udara dan air.
  • Gejala serangan ditandai tanaman menjadi layu, mulai dari daun bagian bawah.
  • Tanaman inangnya antara lain ialah buncis, cabai kentang, kacang panjang, labu, mentimun, oyong, paria, seledri, semangka, tomat, dan terung.

Penyakit Busuk Leher Akar (Botrytis allii)

  • Penyakit busuk leher akarl disebabkan oleh cendawan Botrytis allii
  • Patogen ditularkan melalui udara. Penyakit ini akan berkembang dengan cepat pada kondisi kelembaban tinggi dan suhu udara rata-rata di atas 15-20oC, lahan yang becek dan lembab
  • Gejala serangan ditandai dengan leher tanaman melunak kemudian membusuk
  • Tanaman inangnya antara lain ialah bawang merah, bawang putih, bawang daun, dan tanaman bawang-bawangan lainnya.

Tindakan Pengendalian Penyakit Bawang Merah

Petani biasanya menggunakan fungisida dalam pengendalian penyakita pada bawang merah.  Petani biasanya melakukan pencampuran fungisida dan pestisida lainya karena pertanaman bawang merah diserang berbagai jenis OPT secara bersamaan.

Frekuensi penggunaan pestisida lebih intensif pada saat musim hujan dibandingkan musim kemarau. Hal ini karena pestisida yang telah diaplikasikan pada tanaman tercuci oleh air hujan sehingga aplikasi harus dilakukan lebih intensif agar tetap efektif dalam mengendalikan hama dan penyakit.

Beberapa bahan aktif fungisida kontak yang paling banyak digunakan adalah ziram 76% (ZIFLO 76WG), mankozeb, klorotalonil dan propineb.

Untuk mengatasi serangan sudah terlanjur meluas maka lakukan penyemprotan fungisida sistemik berbahan aktif dimetomorf atau difenokonazol. Kemudian diikuti dengan penyemprotan fungisida kontak berbahan aktif ziflo selama 3 hari berturut-turut.

Setelah itu maka penyemprotan fungisida kontak bisa dilakuakn 3-4 hari sekali lalu penyemprotan fungisida sistemik setiap 10 hari sekali.

Keunggulan Fungsida Ziflo 76WG pada Tanaman Bawang Merah

Kini Ziflo 90WP sudah berubah menjadi Ziflo 76WG. Ziflo 76WG adalah bahan aktif ziram plus zinc dengan keunggulan yang tidak dimiliki oleh bahan aktif ziram lainnya.

  • Ziflo 76WG adalah satu-satunya di Indonesia dengan zirm yang original dari Taminco – Eastman Chemical
  • Ziram yang terkandung pada Ziflo 76WG memiliki keunikan jika dibanding dengan pendahulunya yaitu Ziflo 90WP.  Karena Ziflo 76WG bentuk formulasinya dalam bentuk granule (butiran halus) yang sangat mudah larut dalam air meski tanpa pengadukan.
  • Ziflo 76WG selain sebagai fungisida juga memiliki kandungan hara mikro Zinc (Zn) sebagai zat pengatur tumbuh (zpt) yang lebih besar dibanding dengan ziflo 90WG, sehingga meningkatkan proses pembentukan butir hijau daun (klorofil), sehingga daun bawang tetap hijau.
  • Ziflo 76WG memiliki butiran partikel yang halus, yang mudah larut dalam air dan mampu memberikan perlindungan (coverage) yang lebih baik dari Ziflo 90WP.
  • Efek perlindungan Ziflo 76WG dengan memberikan efek dempul atau membedak yang lebih baik pada permukaan daun bawang.
  • Karena partikel pada Ziflo 76WG lebih kecil, mudah larut dalam air sehingga tidak menimbulkan endapan atau mengendap pada tangki sprayer dan tidak menyumbat pada nozel (spuyer).
  • Ziflo 76WG memiliki daya rekat yang yang baik pada daun, sehingga tidak mudah tercuci oleh air hujan.
  • Ziflo 76WG aman terhadap pengguna, tidak berdebu, tidak mudah terhirup, tidak menimbulkan pedes (panas) di kulit, dan memicu kanker (karsinogen)

BACA JUGA: Spuyer Atau Nozzle Mempengaruhi Hasil Penyemprotan Hama Dan Penyakit

Sumber:

Cara Mengatasi Hama Wereng Pada Tanaman Padi

Cara Mengatasi Hama Wereng Pada Tanaman Padi

Hama Wereng

Ancaman gagal panen masih menghantui para petani padi. Kali ini, serangan hama wereng mengancam puluhan hektar padi yang sudah mendekati masa panen.  Petani mengeluhkan serangan wereng yang mengancam padi yang hampir panen. Hama wereng mengakibatkan batang padi mengering kemerahan dan bulir padi menjadi kopong tidak berisi.

Wereng coklat (Nilaparvata lugens) adalah salah satu hama padi yang paling berbahaya dan merugikan. Serangga kecil ini menghisap cairan tumbuhan dan sekaligus juga menyebarkan beberapa virus yang menyebabkan penyakit tungro.

Jenis Hama Wereng

Terdapa dua jenis wereng yaitu wereng batang (plant hopper) dan wereng daun (leaf hopper).

Wereng batang (plant hopper) yaitu wereng coklat (Nilaparvta lugens Stal), wereng punggung putih (Sogatella furcifera Horv.).  Sedangkan  wereng daun (leaf hopper) yaitu wereng hijau (Nephotettix virescens Distant), dan wereng loreng/zigzag (Recilia dorsalis).

Wereng yang banyak menimbulkan masalah pada tanaman padi adalah kelompok wereng batang.

Kapan Hama Wereng Menyerang

Hama wereng batang coklat (WBC) menyerang tanaman padi ketika membentuk anakan dimulai oleh wereng bersayap panjang yang berpindah dari tempat lain. Jika wereng yang berkembang pada tanaman padi yang berumur 2 atau 3 minggu setelah tanam, maka WBC bisa berkembang biak menjadi dua generasi.

Tetapi jika wereng yang menyerang tanaman padi umur 5-6 minggu setelah tanam, wereng yang berkembang biak hanya satu generasi yang puncak populasinya terjadi pada padi umur 9-10 minggu setelah tanam.

Tanda-Tanda Serangan Wereng Coklat

  • Kuning, coklat dan tanaman sekarat : tanaman terbakar/gosong
  • Infeksi jamur dan bakteri pada tanaman
  • Embun madu dan jamur di daerah yang terinfeksi
  • Mengurangi pertumbuhan, kekuatan, dan tinggi tanaman, kemudian menyebabkan berkurangnya jumlah anakan produktif

Akibat Serangan Hama Wereng

Hama wereng cokelat merupakan hama laten, di samping merusak langsung mengisap cairan tanaman dengan alat mulut yang khusus untuk menusuk dan menghisap, juga sebagai vektor yang dapat menularkan penyakit virus.

Penyakit virus kerdil hampa (VKH) dan virus kerdil rumput tipe I (VKRT-1) yang ditularkan wereng cokelat terjadi pada 1970-an. Sejak 2006 wereng cokelat juga menularkan virus kerdil rumput tipe II (VKRT-11). Serangan virus kerdil rumput tipe II tersebut sudah meluas di sentra produksi padi di Pulau Jawa.

Kerusakan dan kehilangan hasil yang diakibatkan serangan wereng cokelat cukup tinggi. Pemeliharaan I dan 4 wereng cokelat/batang pada masa tanaman padi sedang bunting selarna 30 hari menurunkan hasil berturut-turut 20% dan 3 7~1.>. Pemeliharaan 4 ekor wereng cokelat/batang pada masa pemasakan buah selama 30 hari dapat menurunkan hasil sebesar 28%. Pemeliharaan I dan 4 ekor wereng cokelat/batang pada periode anakan selama 30 hari dapat menurunkan basil 35% dan 77%.

Cara Penyemprotan Mengendalikan Hama Wereng

  1. Pilihlah insektisida yang tepat sasaran. Insektisida yang tidak tepat sasaran hanya akan memperparah tingkat serangan hama wereng dan pemborosan tenaga dan uang. Gunakan insektisida yang kerjanya sistemik, kalau perlu kombinasikan pestisida yang kerjanya kontak dan sistemik.
  2. Sebelum penyemprotan sebaiknya sawah diairi setinggi mungkin agar hama wereng naik ke atas dan mudah disemprot.
  3. Jika tanaman padi tidak menggunakan sistem legowo dan tanaman terlalu rapat lakukan penyingkapan untuk membuat jalan sewaktu penyemprotan dan membuat ruang untuk menggeraknya nozel sprayer.
  4. Penyemprotan dilakukan dengan volume tinggi dengan maksud agar penyemprotan merata.
  5. Gunakan nozel sprayer yang menghasilkan kabut bukan yang mancur.
  6. Prioritaskan penyemprotan dilakukan pada pangkal batang bukan pada daun bagian atas.
  7. Lakukan penyemprotan secara bersama-sama (spray massal) agar hama wereng tidak berpindah ke sawah sebelah ketika disemprot.
  8. Jika memungkinkan gunaka miss blower karena akan lebih merata dan lebih cepat.

Insektisida Untuk Mengendalikan Hama Wereng

Insektisida paling ampuh untuk mengendalikan hama wereng adalah menggunakan kombinas i insektisida kontak dan sistemik.  Kombinasi penggunaan insektisida kontak dan sistemik akan membantu pembungker telur wereng dan pembunuh wereng dewasa.

  • Contoh merek insektisida sistemik adalah Oshin, Plenum, OBR, Cronus dll.
  • Contoh merek insektisida kontak adalah Darmabas, Baycarb, Mipcin, Poksindo dll.
  • Contoh merek insektisida pembungker telur wereng adalah Aplaud, Lugen, Ovista dll.
  • Gunakan insektisida merek Aplaud dan Darmabas/Poksindo untuk tingkat serangan hama wereng ringan.
  • Gunakan insektisida merek Aplaud dan OBR/Cronus untuk tingkat serangan hama wereng sedang
  • Gunakan insektisida merek Poksindo dan Oshin/Plenum untuk tingkat serangan hama wereng yang berat atau hampir membentuk spot.
  • Jangan sekali-kali menggunakan insektisida yang berbahan aktif piretroid sintetik seperti Fastac, Matador, Crown, Faster, Buldok, Decis, Starban, Fostin, Sidametrin dll karena akan memperberat serangan wereng walaupun ketika disemprot wereng terlihat jatuh dan mati.
Tanaman Padi Terkena Penyakit Kresek, Disemprot Apa ?

Tanaman Padi Terkena Penyakit Kresek, Disemprot Apa ?

Pada musim tanam sekarang ini banyak kita temukan penyakit Hawar Daun Bakteri (HDB). Seperti terlihat pada gambar, tanaman terlihat segar, tapi coba turun dan amati.

Penyakit HDB merupakan salah satu penyakit utama tanaman padi yang disebabkan oleh bakteri Xanthomonas oryxae pv. Oryxae (Xo). Penyalit ini dapat menyerang tanaman padi pada semua fase pertumbuhan tanaman. Dari persemaian sampai menjelang panen.

BACA JUGA : PENYAKIT (BLAS)PATAH LEHER DISEMPROT FUNGISIDA APA

Penyebab Penyakit Kresk

Faktor lingkungan yang sangat berpengaruh terutama adalah kelembaban yang sangat tinggi akan memacu perkembangan penyakit ini. Oleh karenanya penyakit hawar daun bakteri sering muncul terutama pada musim penghujan seperti sekarang ini. 

Dari gejala yang muncul pada tanaman umur kurang dari 30 HST biasanya ditandai dengan munculnya daun-daun berwarna hijau kelabu, melipat dan menggulung. Bahkan dalam keadaan parah seluruh daun layu dan mati. Serangan pada tahap awal ini biasanya banyak menyebut penyakit KRESEK.

Sedangkan gejala pada tanaman yang muncul pada fase anakan maksimal sampai pemasakan sering disebut dengan Hawar Daun Bakteri, ditandai dengan munculnya bercak abu-abu (kekuningan) pada tepi daun, kemudian bercak berkembang akan meluas membentuk hawar (blight) dan akhirnya daun mengering.

Pengendalian Penyakit Kresek

Untuk pengendaliannya apabila sudah diketahui bahwa varietas tersebut rentan terhadap HDB maka sejak awal harus dikendalikan dengan agens hayati Paenibacillus polimyxa pada umur 14, 28 dan 48 hst. dengan cara disemprotkan  konsentrasi 5-10 cc/liter air pada sore atau pagi hari. Namun bila upaya pengendalian tidak sejak dini dan pada menjelang fase generatif baru diketahui, bahkan gejala serangan telah meluas, maka menggunakan alternatif penggunaan pestisida.

Imunisasi pada tanaman padi merupakan inovasi baru dalam konteks perlindungan tanaman sedini mungkin. Hal ini berguna untuk mencegah terjadinya serangan hama penyakit terutana penyakit kresek dan blas yang terbawa oleh benih sekaligus memperkuat fungsi akar, batang dan daun sehingga tanaman mampu tumbuh secara optimal dalam memanfaatkan pupuk, iklim dan air.

Sehingga ditengah seringnya  cuaca ekstrim kita bisa pertahankan pertumbuhan dan produksi optimal.

Imunisasi kali ini menggunakan agensi hayati pasaran merk  Potensida yang lebih fokus pada pencegahan bakteri dan spora jamur yg terbawa oleh benih.  

Doble proteksi pengendalian kresek pada benih dan pembibitan, diharapkan menjadi ikhtiar terbaik untuk proteksi padi dini mungkin.

Penyemprotan Kresek Dengan Pestisida

Pestisida yang dapat digunakan untuk pengendalian penyakit kresek adalah dari jenis  Bakterisida dengan bahan aktif antara lain: Tembaga oksiklorida, kasugamicin, hidroklorida, streptomisin sulfat, oksitetrasiklin atau asam oksolinik.

Untuk merk dagangnya yang sudah banyak beredar antara lain: Kasumin 5/75 WP, Agrep 20 WP, Plantomycin 7 SP, Starmycin 20 WP, Bactocyn 150 AL, Kresek 150 SL, Stamer 20 WP. Kuproxat 345SC dan lain lain.

Selain dengan bakterisida, Kresek juga dibisa dicegah lebih awal dengan pengaplikasian fungisida kontak lebih awal. Fungisida yang bisa dipakai adalah fungisida dengan bahan aktif mankozeb, propineb, tiram, ziram dan lainnya. Merek dagangnya adalah Tiflo 80WG (tiram), Ziflo 76 WG (ziram), Antracol 70WP (propineb), Dithane (mankozeb), dan lainnya.

Penyakit Blas (Patah Leher) Disemprot Fungisida Apa?

Penyakit Blas (Patah Leher) Disemprot Fungisida Apa?

Penyakit blas leher juga sering disebut busuk leher, patah leher, tekek (Jawa Tengah), kecekik (Jawa Barat). Perkembangan parah penyakit blas leher infeksinya dapat mencapai bagian gabah dan patogennya dapat terbawa gabah sebagai patogen tular benih (seed borne).

Penyakit blas berkembang pada lingkungan yang kondusif. Penyakit blas daun berkembang pesat dan kadang-kadang dapat menyebabkan kematian tanaman. Penyakit blas leher dapat menurunkan hasil secara nyata karena menyebabkan leher malai mengalami busuk atau patah sehingga proses pengisian malai terganggu dan banyak terbentuk bulir padi hampa.

BACA JUGA : JAMUR ONCOM DISEMPROT FUNGISIDA APA

Mengenal Penyakit Blas

Penyakit blas disebabkan oleh jamur Pyricularia grisea dan Pyricularia orizae. Jamur tersebut dapat menginfeksi pada semua fase pertumbuhan tanaman padi mulai dari persemaian sampai menjelang panen. Penyakit ini akan menginfeksi daun, buku dan leher malai tanaman padi dengan gejala terdapat Bercak hitam pada daun, busuk pada leher, malai patah dan biji hampa mencapai 70%

Pada fase bibit dan pertumbuhan vegetatif tanaman padi, P. grisea menginfeksi bagian daun dan menimbulkan gejala penyakit yang berupa bercak coklat berbentuk belah ketupat yang disebut blas daun.

Pada fase pertumbuhan generatif tanaman padi, gejala penyakit blas berkembang pada tangkai/leher malai disebut blas leher/patah leher.

Gejala kerusakan :

  • Bercak berbentuk belah ketupat-lebar di tengah dan meruncing di kedua ujungnya.
  • Leher malai yang terinfensi berubah menjadi kehitaman dan patah.

Penyebab Penyakit Blas (Patah Leher)

Patah leher biasa disebut juga blas atau busuk leher, biasanya dapat menyebar melalui benih yang tidak berkualitas. Maka, ada baiknya sebelum menyemai, pilihlah benih padi yang sehat dan berasal dari varietas yang tahan terhadap serangan blas.

Jamur berkembang optimum saat tingkat kelembaban tinggi.  Pemupukan unsur N (nitrogen) dengan dosis tinggi pada saat musim hujan dapat menyebabkan jaringan daun lemah sehingga tanaman lebih rentan terserang penyakit blas.

Fase rentan pada fase persemaian, stadia vegetatif (blas daun) umur 30-50 hst dan stadia generatif (blas leher) umur 60-80 hst,

Pengandalian Penyakit Blas

Menjaga kebersihan lingkungan sawah dari gulma yang mungkin menjadi inang alternatif seperti rumput gajah dan membersihkan sisa-sisa tanaman padi yang terinfeksi merupakan usaha yang sangat dianjurkan mengingat patogen dapat bertahan pada inang alternatif dan sisa-sisa tanaman.

Pengembalian pupuk kalium dan silika di tanah secara alami atau bantuan decomposer menjadi penting.  Tidak membakar jerami dapat menghilangkan unsur hara (N,P, K dan S) penting yang dibutuhkan termasuk mikro tanah terpengaruh kehidupannya. Pemberian jerami busuk tidak lantas bisa diserap langsung oleh tanaman, maka usaha memperbaiki lahan harus terus menerus dilakukan.

Pemberian bahan organik berupa jerami sisa panen untuk penyehatan lahan harus dikomposkan lebih dulu. Pengkomposan jerami dapat menyebabkan miselia dan spora jamur mati, karena naiknya suhu selama proses dekoposisi.

1. Penanaman Benih Sehat

Jamur penyebab penyakit blas dapat ditularkan melalui benih. Perlu dilakukan perlakuan/pengobatan benih dengan fungisida sistemik seperti trisiklazole dengan dosis formulasi 3-5 g/kilogram benih.

Pengobatan benih dapat dilakukan dengan cara perendaman benih atau pelapisan benih dengan fungisida anjuran.

2. Perendaman (Soaking) Benih

Benih direndam dalam larutan fungisida selama 24 jam, dan selama periode perendaman, larutan yang digunakan diaduk merata tiap 6 jam.

Perbandingan berat biji dan volume air adalah 1:2 (1 kg benih direndam dalam 2 liter air larutan fungisida). Benih yang telah direndam dikering anginkan dalam suhu kamar diatas kertas koran dan dibiarkan sampai saatnya gabah tersebut siap untuk disemaikan.

Dikutip dari Majalah Tebar No 102 Edisi 15 Maret-15 April 2021, Dr Suryo Wiyono, ahli hama dan penyakit dari Departemen Proteksi, Fakultas Pertanian IPB menyarankan memperkuat daya tahan tanaman dari awal dengan imunisasi PGPR (Plant Growth Promoting Rhizobacteria).

3. Cara Pelapisan (Coating) Benih

Pertama-tama benih direndam dalam air selama beberapa jam, kemudian ditiriskan sampai air tidak menetes lagi. Fungisida dengan dosis tertentu dicampur dengan 1 kg benih basah dan dikocok sampai merata, kemudian gabah dikering anginkan dengan cara yang sama dengan metode perendaman, selanjutnya benih siap disemaikan.

4. Cara Tanam

Jarak tanam yang tidak terlalu rapat atau sistem legowo sangat dianjurkan untuk membuat kondisi lingkungan tidak menguntungkan bagi patogen penyebab penyakit. Kemudian didukung dengan cara pengairan berselang (intermiten).

Sistem tersebut akan mengurangi kelembaban sekitar kanopi tanaman, mengurangi terjadinya embun dan air gutasi serta menghidarkan terjadinya gesekan antar daun.

5. Pemupukan

Pertanaman yang dipupuk nitrogen dengan dosis tinggi menyebabkan tanaman menjadi lebih rentan dan keparahan penyakit lebih tinggi. Jika ketersediaan pupuk kalium lebih rendah dibanding nitrogen maka penyaki blas menjadi ancaman. Pemupukan dengan pupuk kalium dan Silika menyebabkan tanaman menjadi lebih tahan terhadap penyakit blas. Oleh karena itu, disarankan menggunakan pupuk nitrogen dan kalium secara berimbang. Pemberian nutrisi silika terbukti mampu memperkokoh batang tanaman padi sehingga tidak mudah terserang jamur blas.

6. Penanaman Varietas Tahan Blas secara bergilir

Peyemprotan Penyakit Blas Dengan Fungisida

Perlakuan benih dengan fungisida untuk pengobatan benih hanya bertahan selama 6 minggu, selanjutnya perlu dilakukan penyemprotan tanaman.

Hasil percobaan terhadap beberapa fungisida menunjukkan bahwa fungisida Benomyl 50WP, Mancozeb 80%, Tiram 80%, Ziram 76%, Carbendazim 50%, isoprotiolan 40%, dan trisikazole 20%, azoksistrobin 200 g/l + difenokonazol 125 g/l efektif menekan perkembangan jamur P. grisea.

  • Fungisida bahan aktif Benomyl 50WP: BENLOX 50WP, MASALGIN 50WP, SCHNELL 50WP
  • Fungisida bahan aktif Mancozeb 80%: POLARAM 80WP, MEGAZEB 80 WP, MANCO 80WP, CADILAC 80WP
  • Fungisida bahan aktif Propineb: ANTRACOL 70WP, MITRACOL 70WP, AGROKOL 70WP
  • Fungisida bahan aktif Tiram: TIFLO 80WG
  • Fungisida bahan aktif Ziram: ZIFLO 76WG
  • Fungisida bahan aktif Carbendazim 50%: TAFT 75WP, COZENE 70/10WP,
  • Fungisida bahan aktif Isoprotiolan 40%: ?
  • Fungisida bahan aktif Trisikazole 20%: BLAST 200SC, BLASTGONE75 WP, ENVOY 80WP, POPZOLE 525SE, RICESHIELD 75WP
  • Fungisida bahan aktif azoksistrobin 200 g/l + difenokonazol 125 g/l: AMISTARTOP, TANDEM 325SC, CORONA 325SC, ROLITOP 475SC

Penyemprotan dengan fungisida sebaiknya dilakukan 2 kali pada saat stadia tanaman padi anakan maksimum dan awal berbunga.

Referensi: berbagai artikel dengan penyesuain

Jamur Oncom (Ostilago) Disemprot Fungisida Apa?

Jamur Oncom (Ostilago) Disemprot Fungisida Apa?

Tingginya curah hujan akhir-akhir ini menimbulkan kehawatiran bagi petani padi.  Juga petani lainya sebenarnya seperti petani cabai, dan sayuran lain.  Karena intensitas hujan yang tinggi memicu datangnya penyakit-penyakit pada tanaman. 

Penyakit adalah gangguan fisiologis pada tanaman yang disebabkan oleh mikro-organisme pengganggu seperti bakteri, jamur, virus, protozoa dan nematoda.  Gangguan mikro-organisme ini dapat menyebabkan menurunnya produktivitas atau bahkan panen.

Pada tanaman padi, penyakit yang disebabkan oleh gangguan mikro-organisme ini umumnya dijumpai adalah hawar pelepah daun, blas, busuk batang, penyakit garis coklat daun, hawar daun bakteri atau kresek, tungoro dan kerdil.

Petani harus mengenali jenis-jenis gangguan dan penyakit yang timbulkanya.  Akhirnya harus jeli dan tepat memilih cara pengendaliannya, terlebih dengan menggunakan penyemprotan pestisida (fungisida, bakterisida).  Selain tepat lainnya seperti tepat waktu, tepat dosis, tepat sasaran dan tepat pengendalian.

BACA JUGA: INILAH TEKNIK PENYEMPROTAN PESTISID YANG TEPAT

Salah satu serangan penyakit yang banyak dijumpai pada tanaman padi dan sering dikeluhkan oleh petani adalah jika padi terserang penyakit jamur oncom.

Apa itu Jamur Oncom

Ustilago disebabkan karena adanya serangan jamur Ustilaginoidea virens.

Jamur Ustilago pada padi bisa dipicu karena tanaman padi terlalu banyak mendapat pupuk nitrogen (Urea) sehingga membuat bulir-bulir padi meletus dan berjamur seperti oncom

Menjelang panen pernahkah melihat bulir padi yang menyerupai popcorn kuning? Bulir padi seperti meletus dan diselimuti gumpalan kuning bertepung.

Penyakit padi tersebut disebut ustilago atau jamur oncom, yaitu penyakit yang disebabkan oleh serangan jamur Ustilaginoidea virens. Pemicunya adalah penggunaan pupuk nitrogen berlebihan dan kelembaban tinggi.

Penyakit ini hanya menyerang beberapa bulir padi dalam satu malai. Meskipun masih bisa dipanen, namun bulir padi yang dipenuhi spora kuning membuat hasil panen menjadi kotor dan menurunkan produktivitas tanaman.

Salah satu serangan penyakit yang banyak dijumpai pada tanaman padi dan sering dikeluhkan oleh petani adalah jika padi terserang penyakit jamur oncom.

Penyebab Padi Terserang Jamur Oncom

Pemicunya adalah karena tanaman padi terlalu banyak mendapat pupuk nitrogen (urea) sehingga membuat bulir-bulir padi meletus dan berjamur seperti oncom. Selain itu juga bisa terjadi karena kondisi tanaman padi yang terlalu lembab sehingga dapat memicu pengembangbiakan jamur ini.

Ustilago disebabkan karena adanya serangan jamur Ustilaginoidea virens. Musim hujan sebisa mungkin menghindari aplikasi pupuk N (urea) tentunya dengan pengamatan terhadap vigor tanaman.

Selain padi, jamur ini dapat menginfeksi beberapa jenis gulma, padi liar dan jagung. 

Cara Pengendalian Penyakit Jamur Oncom

ini adalah dengan penggunaan pupuk kimia nitrogen secara berimbang dan tidak berlebihan. Mengatur jarak tanam agar tidak terlalu rapat dan penyemprotan fungisida agar serangan tidak menyebar. Jika tidak banyak, bisa dilakukan pemetikan malai yang terinfeksi jamur ustilago secara manual .

Beberapa cara yang dapat dilakukan untuk pencegahan dan pengendalian jamur ustilago ini adalah dengan:

1.  Melakukan pemupukan dengan unsur hara Nitrogen seperti Urea secara seimbang dan tidak berlebihan

2.  Menggunakan jarak tanam jarang atau jarak tanamnya jangan terlalu rapat dengan tujuan untuk mengurangi kelembaban terutama pada musim tanam pertama (MT -1)

3. Jika ditemukan tanaman padi yang terserang jamur oncom sebaiknya segera dibuang bulir padi tersebut agar tidak menyebar ke bulir-bulir padi yang lain

4.  Penyemprotan dengan fungisida

Penyemprotan Fungisida Untuk Mengendalikan Jamur Oncom

Sebelum jamur ini menyerang tanaman padi, alangkah baiknya dilakukan pengencegahan terlebih dahulu.  Pencegahan dapat dilakukan dengan penyemprotan dengan fungsidia kontak dengan bahan aktif seperti mancozeb, propineb, ziram, tiram.

Agar pencegahannya jamur oncom lebih maksimal dapat setiap aplikasi fungisida kontak dicampur dengan nutrisi Silika.  Karena fungsi silika adalah memperkuat lapisan meristem bulir padi, dan seluruh jaringan tanaman padi terlindungi.  Contoh silika adalah Tenaz, Biomax.

Sedangkan jika sudah terserang, pengendaliannya dengan menyemprot menggunakan fungisida yang berbahan aktif captan, captafol, fentin hydroxide, copper oxychloride, carbendazim dan fungisida tembaga lainnya.

  • Merek dagang fungisida dengan bahan aktif captan: Antarkap 50WP, Ingrofol 360CS, Ingrofol 360WP
  • Merek dagang fungisida dengan bahan aktif fentin hydroxide:
  • Merek dagang fungisida dengan bahan aktif mancozeb: Actozeb 80WP, Antila 80WP, Dithane M-45 80WP, Megazeb 80WP, Victory 80WP, Vondozeb 80WP,  Cadilac 80WP
  • Merek dagang fungisida dengan bahan aktif copper oxychloride: Champion 77WP, Kocide 54WG, Copcide 77WP
  • Merek dagang fungisida dengan bahan aktif carbendazim: Bavistin 50WP, Delsene MX 80WP, Saaf 75WP,
  • Merek dagang fungisida dengan bahan aktif ziram: Ziflo 76WG
  • Merek dagang fungisida dengan bahan aktif tiram: Tiflo 80WG
  • Merek dagang fungisida dengan bahan aktif propineb: Antracol 70WP
Penyemprotan Fungisida Pada Persemian Kelapa Sawit

Penyemprotan Fungisida Pada Persemian Kelapa Sawit

Pada pembibitan atau persemaian (nursery) kelapa sawit sering dijumpai berbagai penyakit daun. Serangan penyakit daun pada pembibitan kelapa sawit dapat menyebabkan pertumbuhan bibit menjadi terhambat. Serangan ini jarang sekali sampai mematikan. Jika kurang mendapat perhatian kemungkinan bibit tidak dapat digunakan lagi.

Agar tidak menimbulkan lebih banyak kerugian maka diperlukan pengendalian lebih awal.

Penyakit pada Persemaian Kelapa Sawit

Beberapa penyakit umum yang biasa menyerang persemaian kelapa sawit adalah

1. Penyakit Antracnose (Early leaf disease)

Serangan penyakit ini umumnya terjadi pada bibit yang masih berada di pre-nursery, dimana daunnya masih bersatu. Gejala awal mula-mula tampak bercak kecil hialin. Bercak dengan cepat berubah warna menjadi coklat tua dan membesar. Pada bagian luar bercak dikelilingi dengan halo berwarna kuning sehingga tampak jelas batas antara jaringan yang terinfeksi dengan yang sehat.

Serangan penyakit ini jarang terjadi pada bagian tengah daun. Biasanya serangan mulai pada bagian ujung atau tepi daun.

Penyebabnya adalah jamur Botryodiplodia theobromae, Colletotrichum gloeosporoides (Gloeosporium sp. atau Glomerella sp.), Melanconium sp.

2. Penyakit Curvularia (Leaf spot disease)

Serangan penyakit ini umumnya terjadi pada bibit yang sudah dipindahkan ke large polybag. Gejala serangan ditunjukkan oleh adanya bercak yang berbentuk oval dan agak cekung bila dilihat dari permukaan daun sebelah atas.

Warna bercak adalah agak coklat tua dengan batas tegas dikelilingi oleh halo berwarna kuning. Panjang bercak biasanya tidak lebih dari 7-8 mm.

3. Penyakit Pestalotiopsis palmarum

Serangan penyakit ini umumnya terjadi pada bibit yang telah dipindahkan ke large polybag. Penyakit ini seringkali juga dijumpai pada helaian anak daun pada tanaman di lapangan. Gejala serangan ditandai oleh bercak yang tidak beraturan bentuknya. Bercak biasanya memanjang berwarna merah kecoklatan. Kadang-kadang hampir separuh bagian anak daun mengering berwarna putih kelabu.

Penyemprotan Fungisida pada Pembibitan Kelapa Sawit

Penyakit yang ditimbulkan pada persemaian biasanya bersifat sekunder. Intensitas serangan penyakit daun sangat tergantung pada kondisi bibit. Oleh sebab itu pengelolaan pembibitan perlu mendapat perhatian utama. Pembibitan yang dikelola dengan baik umumnya tidak mendapat gangguan serangan penyakit daun yang berarti.

Penyemprotan fungisida sifatnya hanya pencegahan yaitu melindungi penyebaran penyakit lebih meluas, dan menanggulangi beberapa tanaman yang sudah terserang.

Pengendalian penyakit daun bibit kelapa sawit adalah dengan disemprot mengunakan fungisida sistemik berbahan aktif triadianefon dicampur dengan fungisida kontak berbahan aktif tembaga hidroksida seperti Kocide 54WDG, atau yang berbahan aktif Thiram seperti Tiflo 80WG, Mankozeb seperti Victory 80WP.

Dosis yang digunakan dengan konsentrasi 5 – 10 gr per liter pada lubang tanam sebanyak 200 ml per tanaman interval 10 – 14 hari.

Pengendalian Antracnose, dengan gejala umum bagian ujung daun mulai berwarna kecoklatan dan terdapat batas yang jelas antara jaringan daun yang terserang dan yang sehat.

Pengendalian dengan cara menyemprotkan pestisida Daconil atau Nustar 400 EC konsentrasi 0.2 % , rotasi penyemprotan 5 – 7 hari sampai serangan terkendali.

Curvularia, dengan spot atau luka coklat dengan batas kuning atau orange. Gunakan pestisida Captan 50WP 0.4%; Dithane M45 0.2% dan Actidione 4.2 EC 0.025%, rotasi penyemprotan 7 – 10 hari,

Tindakan Pengendalian Pencegahan Penyakit

Bila pada pembibitan dijumpai serangan penyakit daun dengan kategori agak berat sampai berat, maka perlu dilakukan penyemprotan fungisida dengan bahan aktif tiram yaitu Tiflo 80 WG, Dithane M-45/80 WP (konsentrasi 0.15%-0.2%) dengan interval penyemprotan 7-10 hari.

You cannot copy content of this page

<