Gunakan Selalu Surfaktan Dalam Setiap Penyemprotan Pestisida, Kecuali Yang Ini.

Gunakan Selalu Surfaktan Dalam Setiap Penyemprotan Pestisida, Kecuali Yang Ini.

Surfactant adalah akronim dari SURFace ACTive AgeNT atau bahan yang aktif di permukaan.  

Menurut Wikipedia Surfaktan adalah senyawa yang menurunkan tegangan permukaan (atau tegangan antar muka) antara dua cairan, antara gas dan cairan, atau antara cairan dan zat padat.  Surfaktan dapat bertindak seperti deterjen, bahan pembasah, pengemulsi, bahan pembusa (bahasa Inggris: foaming agent), dan pendispersi (bahasa Inggris: dispersant).

BACA JUGA : Petani Jangan Sembarang Semprot Pestisida Jika Tidak Ingin Rugi

Surfaktan dan Fungsinya Pada Penyemprotan Pestisida

Surfaktan merupakan zat pelekat, perata pestisida pada daun. Dalam hal ini surfaktan sebagai adjuvant, yaitu bahan yang dimasukan ke dalam formulasi pestisida.  Adjuvant ada yang dicampurkan pada saat proses formulasi di pabrik ada juga yang ditambahkan pada saat akan menyemprot (tank mix).

Adjuvant yang dicampurkan secara tank mix ada 3 macam, yakni: (1) SURFAKTAN,  (2) PEREKAT, dan  (3) PENEMBUS yang memiliki fungsi yang berbeda. Pembagian ini sering menjadi rancu, karena beberapa (tidak semua) surfaktan juga merangkap sebagai perekat dan/atau penembus.

Dalam praktek, mungkin agak sulit memisahkan antara surfaktan, perekat, dan penembus.

Surfaktan mempunyai 2 fungsi utama, yakni:

1. Fungsi sebagai perata (spreader), yakni meratakan semprotan di permukaan daun.  Kerena fungsinya sebagai perata dan pembasah tersebut, surfaktan juga berfungsi sebagai pelekat (BUKAN PEREKAT).

Aplikasi pada pestisida peran surfaktan sebagai perata adalah untuk menurunkan tegangan permukaan butiran semprot (droplet), sehigga butiran semprot menjadi lebih lebar (lebih gepeng) sehingga butiran semprot lebih merata menutuopi permukaan daun.

Penggunaan surfaktan pada formulasi pestisida berguna untuk menurunkan tegangan permukaan butiran semprot (droplet), sehingga droplet menjadi lebih “encer” (viscose”).

2. Fungsi sebagai pembasah/pelembab (wetting agent, humefectan) yakni membasahi permukaan daun dan mempertahankan agar butiran semprot tidak cepat kering.

Karena kebanyakan surfaktan bersifat merusak lapisan lilin pada epikutikula daun, beberapa surfaktan juga dijual sebagai penembus (penetrant).

Aplikasi surfaktan sebagai pembasah adalah menunda pengeringan butiran semprot, mencegah kristalisasi bahan aktif (akibat kekeringan atau cuaca panas), sehingg butiran semprot lebih lama berada pada permukaan dun dalam keadaan basah.  Syarat pestisida itu dapat diserap ke dalam daun adalah pestisida tersebut dalam keadaan basah (wetting agent).

Pentingnya Surfaktan Pada Penyemprotan Pestisida

Seringkali pengendalian organisme pengganggu seperti gulma, hama dan penyakit tidak efisien dikarenakan beberapa faktor, yaitu adanya lapisan lilin pada daun, curah hujan yang tinggi menyebabkan pestisida tercuci oleh air hujan. Hal ini dapat menyebabkan ketidakefisienan dalam penyemprotan sehingga harus dilakukan berulang-ulang. Salah satu alternatif yang bisa digunakan adalah penggunaan surfaktan.

Setiap nyemprot tanaman apa itu tanaman padi, tanaman sayuran, atau tanaman apa saja dengan pestisida lebih baik tambahkan dengan surfaktan perekat penembus agar hasilnya lebih baik.

Pada Herbisida dIikenal ada 3 golongan surfaktan herbisida, yakni SURFAKTAN TRADISIONAL, SURFAKTAN ORGANOSILIKON, dan MINYAK.

Kebanyakan surfaktan lebiih cocok untuk dicampurkan dengan HERBISIDA PURNA TUMBUH (post emergence). Herbisida PRA TUMBUH (pre emergence) TIDAK PERLU ditambah surfaktan.

Contoh surfaktan TRADISIONAL adalah alkil aril polioksietilen (AAPOE), alkohol polioksietilen (APOE), asam lemak (termasuk sabun, detergent), propilen glikol (PG), sorbitan monolaurat etoksilat (SME), dll. Surfaktan tradisional ini juga berfungsi sebagai penembus (merusak kutikula daun).

Contoh surfaktan ORGANOSILIKON adalah silikon etoksilat (SE), trisilikon etoksilat (TSE) dan sebagainya.

MINYAK (minyak bumi, crop oil concentrates, vegetable oil concentrates) kecuali sebagai pembasah/perata, juga dapat memperkuat daya tembus beberapa herbisida post emergence. Bahkan bisa jadi pelekat.

Sementara surfaktan untuk  INSEKTISIDA dan FUNGISIDA dipilih yang tidak merusak tanaman seperti poliglukoside, fosfolipid, sorbitan, lateks, dan sebagainya.

Pada penyemprotan insektisida dengan formulasi EC tidak memerlukan lagi surfaktan, karena formulasi EC sudah berbentuk minyak dan minyak menempel pada permukaan daun.  Cotoh insektisda yang EC adalah STARBAN 585 EC, MATADOR 25 EC, BULDOK 25 EC, BESTOX 50 EC, BOOSTER 250 EC.

Dari golongan minyak, crop oil dapat digunakan untuk INSEKTISIDA dan FUNGISIDA. Crop oil adalah minyak dari tumbuhan yg sudah dimurnikan.

Sumber Image & Refensi yang sudah disesuaikan dengan kepentingan SEO.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

You cannot copy content of this page

<